Rabu, 18 September 2019

Emas Sebagai Alternatif Cadangan Keuangan Keluarga




Uang dapat dikatakan sebagai roda kehidupan suatu rumah tangga. Pada jaman sekarang, roda kehidupan pada suatu rumah tangga akan susah berputar jika tanpa uang. Semua kebutuhan sehari-hari, mulai urusan rumah sampai pemenuhan kebutuhan pribadi masing-masing anggota keluarga tak akan bisa terpenuhi jika keluarga tersebut tak mempunyai uang. Di sisi lain, uang yang dimiliki setiap keluarga mempunyai keterbatasan masing-masing. Dengan demikian diperlukan kecermatan dalam penggunaannya agar tidak sampai kekurangan. 

  1. Perencanaan Keuangan
Tidak hanya perusahaan besar yang memerlukan perencanaan keuangan. Sebuah keluarga juga penting untuk selalu membuat perencanaan keuangan setiap periode waktu tertentu. Semua kegiatan dalam sebuah rumah tangga yang berhubungan dengan uang hendaknya dibuat sebelum periode berjalan. Kegiatan ini umum kita kenal dengan istilah penganggaran (budgeting). Melalui penganggaran, kita sudah dapat menetapkan berapa pendapatan dan berapa pengeluaran yang akan terjadi pada rumah tangga kita pada bulan berikutnya jika periode yang dipakai adalah bulan. Dengan demikian diharapkan rumah tangga tersebut dapat mengelolah keuangan dengan tepat, sehingga terhindar dari kekurangan secara finansial. 
Perencanaan kadang tidak sesuai dengan rencana. Demikian halnya dengan penganggaran. Karena situasi dan kondisi yang direncanakan kadang berbeda dengan kenyataan, anggaran yang kita buat bisa kurang bahkan bisa lebih. Untuk mengantisipasi kekurangan pada anggaran, kita berikan kelonggaran (allowance) sebagai dana darurat.


  1. Uang
Uang yang kita gunakan untuk transaksi sehari-hari umumnya berupa uang cash dan uang virtual atau digital. Uang cash terbuat dari kertas dan logam, sedangkan contoh uang virtual diantaranya adalah Go Pay dan Link Aja. Pemilihan bentuk uang untuk keperluan transaksi sehari-hari tergantung dari kenyamanan masing-masing individu. Hanya saja dalam menentukan komposisi jumlahnya harus memperhatikan kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk uang yang akan dipakai  untuk transaksi sehari-hari. Jangan sampai semua uang yang dibawa hanya dalam bentuk virtual ternyata saat transaksi listrik padam atau jaringan telekomunikasinya yang padam.

  1. Nilai Uang Dari Waktu (Time Value Of Money)
Pengertian nilai uang dari waktu dapat tergambar pada saat kita memperoleh barang yang sama tetapi harus mengeluarkan jumlah uang yang lebih besar. Hal ini biasa kita kenal sebagai inflasi. Pada inflasi, uang yang kita punya nilainya akan turun bersamaan dengan bertambahnya waktu. Sebagai contoh: pada tahun 2000 harga minyak goreng 2 liter sebesar Rp 9.000 pada saat ini (tahun 2019) harga minyak goreng 2 liter sebesar Rp 23.000 untuk merk yang sama. Pada contoh tersebut terlihat bahwa nilai uang kita saat ini jauh lebih rendah dari tahun 2000.
Sebagai Illustrasi lain untuk memahami nilai uang dari waktu adalah sebagai berikut:
Bila kita sebulan yang lalu meminjam uang Rp 10.000 dari bank dan bulan berikutnya (bulan ini) harus membayar Rp 10.100 karena bank membebankan bunga 1% perbulan. Maka dalam hal ini, secara finansial Rp 10.000 sebulan yang lalu sama dengan Rp 10.100 pada bulan ini (saat ini).
Pada illustrasi tersebut terlihat bahwa besaran nominal yang berbeda sebenarnya memiliki nilai yang sama. Jadi seandainya kita memiliki Rp 10.000 pada sebulan yang lalu dan tak ada pengembangan apapun sehingga tetap Rp 10.000 pada bulan ini (saat ini) dapat dikatakan rugi, karena nilai uang tersebut turun. 

  1. emas
Tabungan keluarga selain berupa tabungan uang, mempunyai beragam jenis. Tabungan ini biasa kita dengar dengan istilah investasi.  Investasi ada yang  langsung dapat dicairkan (contoh: emas) dan ada pula yang harus menunggu waktu dalam pencairannya (contoh: tanah). Bentuk tabungan hendaknya juga tidak  dalam  1(satu) jenis saja. Untuk tujuan berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dana darurat tidak ada, maka diperlukan bentuk tabungan yang mudah cair. Dalam hal ini emas dapat dijadikan alternatif pilihan.

  1. Perhiasan
Keuntungan membeli perhiasan emas adalah dapat dipakai sebagai penunjang penampilan dan dapat dijual kembali. Menjual perhiasan juga terbilang mudah, yaitu menjual kembali pada toko yang menjualnya dengan membawa sertifikat/kwitansi pembelian. Harga jual mengikuti harga pasar yang berlaku, hanya saja karena bentuk perhiasan akan dipotong ongkos pembuatan antara 15% - 20% tergantung aturan masing-masing toko. Meskipun begitu, saat kita membeli perhiasan harus memastikan pada penjualnya berapa potongannya jika nanti kita menjualnya kembali. Hal ini menghindari kita terjebak pada toko yang menjual sebagian perhiasannya tak bisa dijual kembali. Karena jika kita terlanjur membeli dan baru tahu saat mau menjual, ternyata tokonya tidak mau membeli, kemudian kita bawa ke toko lain yang mau menerimanya akan dipotong sebesar 50%. 

Berbeda lagi dengan perhiasan berlian. Perhiasan ini memang terkesan mewah saat dipakai. Perhiasan berlian yang umumnya terbingkai dengan emas jika dijual kembali akan dipotong sebesar 35% dari harga kwitansi, bukan harga pasar. Sama halnya dengan perhiasan emas biasa, pada saat membeli harus memastikan kepada penjualnya berapa potongannya jika nanti kita menjualnya kembali. Hal ini juga menghindari kita terjebak pada toko yang menjual sebagian perhiasannya tak bisa dijual kembali.

  1. Emas Batangan
Selain berupa perhiasan, emas juga dijual dalam bentuk koin, dinar dan batangan. Emas dalam bentuk ini jika dijual kembali tidak dipotong ongkos pembuatan dan mengikuti harga pasar. Dari ketiga bentuk tersebut yang paling umum dibeli masyarakat adalah bentuk batangan. Emas batangan tersedia mulai berat 1 (satu) gram. Emas batangan yang tersedia biasanya ada 2 jenis, yaitu produksi Antam dan produsi UBS. Pada saat kita mau menjual emas batangan ini tidak harus ke toko yang sama saat membeli.


Agar pengelolahan  keuangan keluarga sesuai harapan diperlukan adanya rencana anggaran untuk setiap periode, misalkan setiap bulan. Yang mana didalam pelaksanaannya bisa terjadi ketidaksesuaian dengan rencana anggaran yang dibuat. Untuk itu, kita seharusnya selalu menyediakan dana cadangan. Dana cadangan berupa tabungan yang jenisnya bisa beragam. Komposisi jenis tabungan yang dimiliki sebaiknya tidak hanya 1 (satu) jenis, salah satunya hendaknya yang mudah dan cepat pencairannya. Emas dapat menjadi alternatif pilihan karena mudah dicairkan dan harganya mengikuti pasar, artinya nilai uang dari emas tersebut minimal tetap meskipun waktu telah berjalan.*) By: Yunie Sudiro


Referensi:
  1. I Nyoman Pujawan (1995); Ekonomi Teknik Edisi I; PT Widya Guna; Jakarta
  2. Yunie Sudiro (2019); Perlukah Kita Ikut Arisan; Manajemenrumahtangga.com





Kamis, 12 September 2019

Perlukah Kita Ikut Arisan?




Istilah arisan tidak asing bagi kita terutama para wanita. Dalam masyarakat kita, arisan adalah kegiatan mengumpulkan sejumlah iuran yang dikonversikan dalam bentuk uang pada periode tertentu oleh suatu kelompok yang dapat dikatakan sebagai anggota. Setiap anggota berhak menerima hasil pengumpulan iuran tersebut berdasarkan urutan hasil pengundian. Bagi kita sebagai masyarakat Indonesia rata-rata sudah mengenal budaya arisan dari kecil atau masa anak-anak. Saya pribadi sudah mulai mengikuti arisan sejak duduk di Sekolah Dasar. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perlu kita mengikuti arisan? 

  1. Tujuan Arisan
Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan tersebut, mari kita telaah apa yang menjadi tujuan kita dari mengikuti arisan. Setiap orang pasti mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Yang pertama, ada yang mengikuti arisan untuk tujuan bersosialisai, menjalin silahturahmi dan mencari kenalan baru. Yang kedua, ada yang mengikuti arisan dengan tujuan menabung. Pada golongan pertama mungkin tidak mempermasalahkan berapa iuran yang dibayar ataupun berapa yang akan diperoleh, yang penting mereka cocok dengan para anggota lainnya. Sedangkan untuk golongan yang kedua sangat memperhitungkan jumlah uang yang didapat dari arisan tersebut. 

  1. Jenis-jenis Arisan
Berikut ada beberapa jenis arisan yang dapat dipilih:

  1. Arisan uang 
Umumnya arisan dialkukan dengan cara mengumpulkan iuran dengan jumlah nominal tetap. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan Rp 100.000 dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana sebesar  Rp 1.200.000 atau 12 X Rp 100.000. Untuk urutan kapan seseorang mendapatkan hasil pengumpulan dana tersebut dalam tiap bulannya tergantung pada hasil undian. Undian ini biasanya dilakukan dengan cara membuat gulungan kertas kecil yang tiap gulungan tersebut berisi nama-nama anggotanya, kemudian ditaruh pada sebuah wadah yang ditutup dengan lubang kecil yang hanya bisa mengeluarkan 1 (satu) gulungan kertas. Nama yang sudah keluar disobek, sehingga yang tertinggal di wadah hanya yang belum dapat. Pada contoh di atas terlihat bahwa akan ada anggota yang menerima arisan pertama pada bulan Januari dan pasti ada yang menerima di bulan Desember sebagai penerima terakhir dengan jumlah uang yang sama yaitu Rp 1.200.000.


  1. Arisan Daging Sapi
Arisan ini dalam menentukan besaran iuran berdasarkan harga daging  sapi yang berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1 kilogram (kg) daging dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 kg daging sapi. Jika pada bulan Januari harga daging per kg sebesar Rp 80.000, maka yang mendapat arisan pada putaran pertama akan memperoleh dana sebesar Rp 80.000 X 12 kg = Rp 96.000. Jika ternyata saat penarikan arisan pada bulan Desember harga daging naik menjadi Rp 90.000 per kg, maka tiap anggota harus membayar iuran sebesar Rp 90.000 dan yang mendapat arisan memperoleh dana sebesar Rp 90.000 X 12 kg = Rp 1.080.000.


  1. Arisan Emas
Arisan ini pada dasarnya sama dengan arisan daging sapi, hanya saja dalam menentukan besaran iuran didasarkan pada harga emas yang berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1  gram (gr) emas dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 gr emas. Jika pada bulan Januari harga emas per gr sebesar Rp 500.000, maka yang mendapat arisan pada putaran pertama akan memperoleh dana sebesar Rp 500.000 X 12 gr = Rp 6.000.000. Jika ternyata saat penarikan arisan pada bulan Desember harga emas naik menjadi Rp 510.000 per gr, maka tiap anggota harus membayar iuran sebesar Rp 510.000 dan yang mendapat arisan memperoleh dana sebesar Rp 510.000 X 12 gr = Rp 6.120.000.


  1. Arisan Beras
Arisan ini pada dasarnya sama dengan arisan daging sapi dan emas,  hanya saja dalam menentukan besaran iuran didasarkan pada harga  beras yang jenisnya disepakati semua anggota dan berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1 kwintal beras dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 kwintal beras saat namanya muncul dalam pengundian. 


  1. Nilai Uang Dari Waktu (Time Value Of Money)
Pengertian nilai uang dari waktu dapat tergambar pada saat kita memperoleh barang yang sama tetapi harus mengeluarkan jumlah uang yang lebih besar. Hal ini biasa kita kenal sebagai inflasi. Pada inflasi, uang yang kita punya nilainya akan turun bersamaan dengan bertambahnya waktu.
Sebagai Illustrasi lain untuk memahami nilai uang dari waktu adalah sebagai berikut:
Bila kita sebulan yang lalu meminjam uang Rp 10.000 dari bank dan bulan berikutnya (bulan ini) harus membayar Rp 10.100 karena bank membebankan bunga 1% perbulan. Maka dalam hal ini, secara finansial Rp 10.000 sebulan yang lalu sama dengan Rp 10.100 pada bulan ini (saat ini).
Pada illustrasi tersebut terlihat bahwa besaran nominal yang berbeda sebenarnya memiliki nilai yang sama. 


      Para wanita yang memilih peran sebagai Ibu Rumah Tangga ataupun mempunyai peran ganda sebagai pekerja dan siapa saja yang membutuhkan wadah bersosialisasi melalui arisan, hendaknya memilih kelompok arisan yang dirasa cocok dan memberikan manfaat yang dicari. Dan jika ingin mengikuti arisan dengan tujuan menabung lebih cocok memilih arisan yang memperhitungkan nilai uang disamping juga harus memperhatikan para anggotanya untuk kepastian kepercayaan. Bagi yang tidak mempunyai kedua tujuan tersebut harusnya tidak perlu mengikuti arisan.*) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
I Nyoman Pujawan (1995); Ekonomi Teknik Edisi I; PT Widya Guna; Jakarta




Rabu, 04 September 2019

Pilih Diskon atau Harga Normal?




Diskon atau potongan harga dapat memberikan magnet bagi orang yang berada di sekitarnya. Diskon dapat membuat mereka yang sebelumnya hanya berniat window shopping menjadi benar-benar shopping. Daya tarik diskon sedemikian dasyat sehingga kadang sampai rumah kita menyesali apa yang kita beli karena ternyata tidak sesuai harapan bahkan ternyata tak begitu diperlukan. Untuk itu mari kita telaah mengenai diskon-diskon yang banyak ditawarkan agar kita bisa berfikir lebih jernih saat memutuskan untuk membeli barang yang didiskon.

  1. Diskon Bersyarat
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di minimarket dan supermarket. Seperti halnya yang saya alami pada suatu hari berbelanja di sebuah minimarket. Saat saya membayar di kasir, petugas kasir menawarkan penebusan Rp 5.000 untuk sebatang coklat yang harga normalnya Rp 13.600 karena total belanjaan saya mencapai Rp 50.000. Secara sekilas kita mengira bahwa potongan harga yang kita peroleh sebesar Rp 13.600 - Rp 5.000 = Rp 8.600  adalah 63% dari Rp 13.600. Padahal sebenarnya kita tidak memperoleh diskon sebesar itu, karena jika belanja kita tidak mencapai Rp 50.000 tidak dapat menebus coklat tersebut seharga Rp 5.000 tapi tetap harga normalnya, yaitu Rp 13.600. Dalam menghitung potongan secara keseluruhan harusnya menghitung semua total belanjaan kita karena dijadikan syarat untuk memperoleh diskon, yaitu:

Total belanja = Rp 50.000 + Rp 5.000 = Rp 55.000
Penghematan = Rp 8.600 = 15% dari Rp 55.000

Jadi penghematan sebenarnya yang kita peroleh hanya 15% bukan 63% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.

  1. Diskon Ganda
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di departement store dan toko-toko baju di mall. Suatu saat saya pergi ke sebuah mall, dan langkah saya terhenti di depan sebuah departement store karena melihat tulisan “Diskon 40% + 30%”. Yang terlintas di benak saya saat itu adalah besarnya diskon yang diberikan oleh toko karena secara kasat mata diskon seolah-olah 70%. Mari kita cek apakah diskon yang kita persepsikan benar-benar sebesar itu?

Diskon 1 (harga asli 100%)
= 100% X 40% = 40%

Diskon 2 (harga setelah diskon 1 = 100% - 40% = 60%)
= 60% X 30% = 18%

Total diskon = 40% + 18% = 58%
Jadi yang secara kasat mata seolah-olah diskon sebesar 70% sebenarnya hanya sebesar 58%. 

Contoh: Misalkan saja saat itu saya membeli kemeja wanita dengan harga normal Rp 100.000. Mari kita hitung jumlah potongan harganya.

Diskon 1 = Rp 100.000 X 40%= Rp 40.000
Harga kemeja setelah diskon 1 = Rp 100.000 - Rp 40.000 = Rp 60.000

Diskon 2 =Rp 60.000 X 30%= Rp 18.000
Harga kemeja setelah diskon 2   = Rp 60.000 - Rp 18.000 = Rp 42.000

Jadi harga kemeja wanita di atas setelah mendapatkan diskon total sebesar Rp 42.000, penghematan atau diskonnya sebesar Rp 58.000 atau 58% dari Rp 100.000. Dalam kasus ini kita tetap diuntungkan dengan adanya penghematan sebesar 58%, tapi bukan 70% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.

  1. Diskon Bertahap
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di departement store, toko-toko baju di mall, minimarket dan supermarket. Misalkan saja sebuah toko menawarkan diskon seperti berikut:
Pembelian ke 1: diskon 30%
Pembelian ke 2: diskon 60%

Sekilas tawaran diskon di atas terlihat 90%. Mari kita hitung, berapa sebenarnya potongan harga yang kita peroleh? Untuk mempermudah perhitungan coba kita aplikasikan pada contoh seperti pembelian kemeja wanita sebelumnya. Telah diketahui kemeja wanita dengan harga normal Rp 100.000. Mari kita hitung jumlah potongan harganya.

Pembelian ke 1
Harga normal = Rp 100.000
Diskon 30% = Rp 30.000
Harga setelah diskon = Rp 70.000

Pembelian ke 2
Harga normal = Rp 100.000
Diskon 60% = Rp 60.000
Harga setelah diskon = Rp 40.000

Total diskon = total penghematan = Rp 90.000 = 45% dari harga normal secara keseluruhan Rp 200.000.

Jadi harga kemeja wanita di atas setelah mendapatkan diskon total sebesar Rp 110.000, penghematan atau diskonnya sebesar Rp 90.000 atau 45% dari Rp 200.000. Dalam kasus ini kita tetap diuntungkan dengan adanya penghematan sebesar 45%, tapi bukan 90% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.


Semua perusahaan pasti mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan setiap perusahaan mempunyai strategi pemasaran, salah satunya adalah memberikan diskon kepada konsumen. Sah-sah saja mereka membuat program untuk menarik konsumen agar membeli produknya. Hanya saja kita sebagai konsumen sendiri yang harus jeli sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk yang telah didiskon tersebut, apakah kita benar-benar membutuhkannya? Jika memang tidak dibutuhkan sebaiknya kita tak perlu tergoda untuk membelinya. Beli saja  produk yang sedang dibutuhkan meskipun saat itu harganya normal atau tidak didiskon. *) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
Ahmad Gozali (2005); Cashflow For Woman; Menjadikan Perempuan Sebagai Manajer  Keuangan Keluarga Paling Top; Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika); Jakarta.