Tampilkan postingan dengan label Teknik Industri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknik Industri. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 September 2020

Pengetahuan Break Even Point (BEP) untuk Ibu Rumah Tangga


Topik ini terinspirasi dari curahan hati (curhat) seseorang tentang saudarinya yang tidak mempunyai perhitungan saat berjualan takjil. Pada bulan puasa Ramadhan banyak kita jumpai penjual makanan musiman. Makanan yang dijual biasanya takjil untuk berbuka puasa. Pada saat kondisi normal atau tidak pada masa pandemi virus Corona seperti sekarang, mereka menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan di tempat-tempat strategis dan keramaian. Maka dari itu kebanyakan para penjual makanan ini baru menjajakan dagangannya mulai sekitar jam 14.00 an.Tidak ketinggalan saudari yang diceritakan sebelumnya. Jajanan yang dijualnya selalu habis dengan cepat dibandingkan penjual-penjual di sekitarnya. Masih berdasarkan cerita seseorang tadi, hal tersebut karena jajanan yang dijualnya termasuk mempunyai rasa yang lumayan dan berukuran lebih besar dari umumnya. Hanya saja hasil yang didapat dari penjualan tersebut tidak begitu menguntungkan.


  1. Apa itu Break Even Point (BEP)

Break Even Point adalah titik impas. Secara sederhana, titik impas dapat diartikan kondisi saat tidak untung dan tidak rugi. Pada saat kita menjual sesuatu, baik itu berupa barang maupun jasa pastilah dengan tujuan mencari keuntungan.  Pada saat nilai keuntungan sama dengan RP 0 (nol Rupiah), inilah yang dimaksud dengan titik impas atau Break Even Point (BEP).

BEP dapat digunakan untuk menganalisis suatu keputusan mengenai berapa volume (jumlah) produk yang harus dibuat agar suatu proses pembuatan (produksi) menguntungkan. Analisis ini dibuat dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan harga per unit produknya. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada hubungan masing-masing variabel berikut ini.


Untung (profit) atau Rugi (loss) = Total Penerimaan - Total Biaya atau dinotasikan Z = TR - TC………………………………………………..(1)


Dengan melihat persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Dikatakan untung jika total penerimaan lebih besar dari total biaya.

Dikatakan rugi jika total penerimaan lebih kecil dari total biaya.

Dikatakan impas (BEP) pada saat total penerimaan sama dengan total biaya.


Untuk memudahkan pemahaman dalam perhitungan, diberikan notasi berikut:

VC = Biaya variabel total

V = Biaya Variabel per unit

Q = Unit yang dihasilkan dan dijual

FC = Biaya tetap total

P = Harga jual per unit produk



Total Penerimaan (TR)

Total penerimaan diperoleh dari total hasil penjualan, yaitu perkalian antara jumlah unit yang dihasilkan atau dijual dengan harga jual per unitnya.


 TR = P*Q…………………………………………….…………………(2)


Total Biaya (TC)

Total Biaya diperoleh dari total biaya yang timbul selama memproduksi produk yang akan dijual yang terdiri dari total biaya tetap dan total biaya variabel.


 TC = FC + VC…………………………………………..………………(3)


Biaya tetap adalah biaya yang timbul dan jumlahnya tetap selama membuat/memproduksi unit yang akan dijual berapapun jumlahnya. Biaya variabel adalah biaya yang timbul selama membuat/memproduksi unit yang akan dijual dan jumlahnya dapat berubah sesuai jumlah unit yang diproduksi.


VC = V*Q …………………………………………………………………(4)


Titik Impas

Pada saat kondisi impas, keuntungan sama dengan 0 (Z = 0). Telah disebutkan sebelumnya bahwa kondisi ini total penerimaan sama dengan total biaya.


TR = TC = FC + VC…………………………………………….………..(5)


P*Q = FC + VC ……………………………………………….………….(6)


P*Q = FC + V*Q …………………………………………………………(7)


FC = P*Q - V*Q = Q (P-V)……………………………………………….(8)


P = (FC : Q) + V…………………………………………………………..(9)


Q = FC : (P-V)………………………………………………….………..(10)


Persamaan terakhir (10), dapat digunakan untuk menghitung berapa minimal volume (jumlah) unit produk yang seharusnya diproduksi agar bisa tercapai tingkat keuntungan yang dikehendaki dalam suatu periode tertentu. Agar lebih mudah diaplikasikan persamaan tersebut dapat diinterpretasikan adalah sebagai berikut:


Jumlah unit yang dihasilkan dan dijual diperoleh dengan cara membagi total biaya tetap dengan hasil pengurangan harga jual per unit produk dengan biaya variabel per unit produk.


  1. Contoh Sederhana Penerapan Analisis Break Even Point (BEP) Tradisional Pada Rumah tangga.

Seorang Ibu rumah tangga sudah sebulan berinisiatif menambah penghasilan keluarga dengan usaha menjual kue resep keluarga. Selama sebulan tersebut dilakukan evaluasi dan diperoleh data sebagai berikut:


  • Total Biaya tetap Rp 900.000
  • Total Biaya variabel Rp 1.920.000
  • Jumlah produk yang dibuat 120 pc
  • Total penerimaan Rp 2.400.000


Dengan menggunakan data di atas dapat dianalisis apakah proses produksi sudah menguntungkan atau belum. Selanjutnya kita dapat mengambil langkah jika ternyata usaha kita masih belum menguntungkan. Mari kita mulai menganalisis dengan menghitung total biaya yang timbul. Dengan menggunakan persamaan (3), diperoleh total biaya = Rp 900.0000 + Rp 1.920.000 = Rp 2.820.000.


Selanjutnya kita dapat memastikan apakah usaha kita sudah untung atau masih mengalami kerugian dengan menggunakan persamaan (1).


Untung atau rugi= Rp 2.400.000 - Rp 2.820.000 = -Rp 420.000 


Karena perhitungan tersebut hasilnya negatif, artinya total biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan hasil penjualan. Kondisi ini berarti usaha penjualan kue resep keluarga masih rugi. Dengan demikian kita perlu langkah-langkah tertentu untuk membawa usaha tersebut ke arah yang lebih menguntungkan. Alternatif -alternatif yang mungkin dapat dilakukan adalah menurunkan total biaya tetap, menurunkan biaya variabel, menaikkan harga jual dan menaikkan volume atau jumlah unit yang dibuat/dijual. Berikut ini contoh jika kita menggunakan 2 (dua) alternatif yang terakhir.


Alternatif Menaikkan Harga

Pada contoh kasus ini, misalkan kita menaikkan harga. Dengan menggunakan persamaan (9), diperoleh harga jual per unit saat kondisi impas:


Harga jual = (Rp 900.000 : 120) + Rp 16.000 = Rp 23.500


Jika dilihat kembali pada data penerimaan sebesar Rp 2.400.000 dan jumlah penjualan sebanyak 120 pc, maka harga jual sebelumnya adalah Rp 20.000/unit. Seharusnya harga jual yang dipakai dengan kondisi pengeluaran yang terjadi, dinaikkan di atas  Rp 23.500 karena harga Rp 23.500 masih kondisi tidak untung dan tidak rugi. Langkah untuk menaikkan harga sendiri harus dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya.


Alternatif Menaikkan Volume atau Jumlah Unit yang Dibuat/Dijual

Dengan menggunakan persamaan (10), diperoleh jumlah unit yang dihasilkan dan dijual :



Q = Rp 900.000 : (Rp 20.000 - Rp 16.000) = 225 


Dengan melihat data sebelumnya, diketahui jumlah kue yang berhasil terjual sebanyak 120 pc. Jika ingin usaha tadi menjadi untung seharusnya membuat dan menjual lebih banyak dari 225 pc, karena  jumlah 225 pc masih kondisi tidak untung dan tidak rugi. Langkah ini juga tetap harus dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya, misalkan biaya-biaya yang timbul.



Pengetahuan tentang BEP dapat membantu para Ibu Rumah Tangga untuk dapat memperkirakan apakah masing-masing kebutuhan rumah tangga lebih menguntungkan jika dibuat sendiri atau harus membeli saja. Selain itu, para Ibu Rumah Tangga yang ingin menambah penghasilan keluarga dengan menjual barang atau jasa dapat memanfaatkan pengetahuan ini sebagai salah satu analisa agar mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Dalam penerapan paling sederhana, persamaan-persamaan berupa rumus yang dicantumkan penulis dapat diabaikan. Dan yang terakhir, bagi yang belum mengenal pengetahuan akan hal ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan.*) By: Yunie Sudiro




Referensi:

  1. Sritomo Wignjosoebroto (1993); Pengantar Teknik Industri, Edisi Pertama; PT Widya Guna; Jakarta.
  2. Suad Husnan dan Suwarsono (1994); Studi Kelayakan Proyek, Edisi Ketiga; UPP AMP YKPN; Yogyakarta.

Kamis, 21 November 2019

Mengenal Present Worth dan Future Worth



Dalam kegiatan kita sehari-hari tidak lepas dengan aktivitas yang berhubungan dengan ekonomi, baik skala besar maupun skala kecil. Pada kehidupan rumah tangga sendiri tak luput dengan urusan masalah ekonomi. Sebelum kita membahas apa itu nilai sekarang (present worth) dan nilai mendatang (future worth) perlu kita pahami terlebih dahulu secara singkat tentang ekonomi teknik.

  1. Ekonomi Teknik
Mengacu pada buku karangan Bapak I Nyoman Pujawan (1995), ekonomi teknik adalah disiplin ilmu yang digunakan untuk menganalisa aspek-aspek ekonomis dari usulan investasi yang bersifat teknis. 

Pada kasus industri, biasanya usulan-usulan investasi dapat meliputi beberapa alternatif yang harus dipilih. Dimana pilihan itu sendiri salah satunya bisa saja tak melakukan apa-apa. Dalam menentukan  pilihan inilah dibutuhkan analisa ekonomi teknik dan pastilah dipilih yang paling menguntungkan. Untuk memahaminya dapat dicontohkan sebagai berikut: suatu pabrik akan melakukan penambahan mesin untuk meningkatkan jumlah produksi. Penambahan ini pasti ada beberapa pilihan alternatif, katakanlah A atau B atau C. Dengan menganalisa cara kerja mesin (masalah teknis) pada masing-masing alternatif dapat ditentukan prediksi biaya yang muncul. Dengan asumsi umur teknis sama, dalam hal ini alternatif terbaik akan memberikan total biaya yang paling kecil.

  1. Bunga (Interest)
Pada analisa ekonomi teknik akan selalu berkaitan dengan aliran kas, termasuk bunga. Maka dari itu, hendaknya kita perlu memahami apa itu bunga. Mengacu pada buku karangan Eugene L. Grant, W. Grantireson, Richard S. Leavenworth (1993), definisi bunga adalah uang yang dibayarkan untuk penggunaan uang yang dipinjam atau pengembangan yang bisa diperoleh dari investasi modal yang produktif. Selama periode investasi berlangsung pemilik modal entah itu berasal dari uang pribadi maupun pinjaman tidak dapat menggunakan uang tersebut sehingga diberikan kompensasi yang dikatakan sebagai bunga. Biasanya bunga dinyatakan dalam bentuk persen (%) yang dikenal dengan istilah tingkat suku bunga. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:










Contoh 1:
Seseorang telah meminjam uang Rp 10.000 dengan bunga yang harus dibayar per tahun Rp 600. Maka:

Tingkat bunga =  (Rp 600 : Rp 10.000) X 100% = 6% 

Jadi tingkat bunga yang dibebankan pada contoh 1 sebesar 6% per tahun.

2.1 Bunga Sederhana dan Bunga Majemuk
Ada 2 (dua) jenis bunga, yaitu:
  1. Bunga sederhana 
Bunga sederhana dihitung hanya dari induk tanpa memperhitungkan bunga yang telah diakumulasi pada periode sebelumnya.
  1. Bunga majemuk
Sedangkan bunga majemuk yang sering disebut sebagai bunga berbunga dihitung berdasarkan besarnya induk ditambah dengan besarnya bunga yang telah terakumulasi pada periode sebelumnya. Pada bunga majemuk, bunganya akan dikenakan bunga kembali setiap periode sampai tiba waktunya pembayaran.

Bunga sederhana penting hubungannya dengan pinjaman untuk 1 (satu) periode atau kurang, sedangkan bunga majemuk (seterusnya digunakan istilah “bunga”) penting hubungannya dengan pinjaman untuk 1 (satu) periode atau lebih.
Berikut contoh dari perbedaan perhitungan bunga sederhana dan bunga majemuk.


Contoh 2:
Seorang ibu rumah tangga meminjam uang sebesar Rp 200.000 pada sebuah bank dengan bunga 10%/ tahun selama 3 tahun dan dibayar sekali pada akhir tahun ke-3. Berapa hutang yang harus dibayar oleh ibu tersebut pada akhir tahun ke-3? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat mengikuti perhitungan tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1: Besarnya Hutang yang Harus Dibayar dengan Menggunakan Bunga Sederhana

Tahun
Jumlah pinjaman
Bunga
Jumlah hutang
Jumlah bayar
0
200000
0
200000
0
1

20000
220000
0
2

20000
240000
0
3

20000
260000
260000


Tabel 2: Besarnya Hutang yang Harus Dibayar dengan Menggunakan Bunga Majemuk

Tahun
Jumlah pinjaman
Bunga
Jumlah hutang
Jumlah bayar
0
200000
0
200000
0
1

20000
220000
0
2

22000
242000
0
3

24200
266200
266200


Berdasarkan perhitungan pada tabel 1 dan tabel 2, diketahui Bahwa jumlah pembayaran hutang dengan menggunakan bunga majemuk lebih besar, yaitu Rp 266.200 daripada menggunakan bunga sederhana, yaitu Rp 260.000. Padahal diketahui bahwa bunga yang dikenakan untuk lebih dari 1 (satu) periode biasanya menggunakan bunga majemuk.

2.2 Tingkat Bunga Nominal dan Tingkat Bunga Efektif
Illustrasi untuk memahami jenis bunga ini adalah sebagai berikut: sebuah transaksi hutang dimana bunga dibebankan sebesar 1% per bulan. Kadang Transaksi ini dinyatakan dengan mempunyai tingkat bunga 12% per tahun. Yang tepat, tingkat ini seharusnya sebagai nominal 12% per tahun yang dimajemukkan per bulan. 

Tingkat bunga nominal dan efektif dapat didefinisikan sebagai berikut:
Jika bunga dimajemukkan “m” kali setahun pada tingkat bunga “r/m” per periode majemuk, maka:










Contoh 3:
Jika tingkat bunga nominal 12% per tahun dimajemukkan per bulan, berapa bunga efektif per tahunnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat mengikuti perhitungan berikut:

Berdasarkan persamaan pada rumus sebelumnya diketahui r/m = 1% per bulan dimana jumlah pemajemukan m = 12 karena 1 tahun sama dengan 12 bulan. 













Dengan demikian diketahui bahwa bunga nominal 12% tahun yang dimajemukkan per bulan menghasilkan bunga efektif 12,68%. Dan sekarang kita menjadi tahu apa yang dimaksud dengan tingkat bunga efektif.

  1. Diagram Aliran Kas (Cash Flow Diagram)
Aliran kas akan terjadi jika ada pemindahan uang tunai atau yang sejenis dari satu pihak ke pihak lain. Jika ada penerimaan uang berarti aliran kas masuk dan jika ada pengeluaran uang berarti aliran kas keluar. Jika terjadi kas masuk dan keluar secara bersamaan maka dicari aliran kas nettonya.

Diagram aliran kas adalah suatu ilustrasi grafis dari transaksi-transaksi ekonomi yang dilukiskan pada garis skala waktu. Dimana pengeluaran digambarkan arah ke bawah dan penerimaan arah ke atas. Penggambaran diagram aliran kas berbeda jika ditinjau dari sudut pandang yang berbeda.

Contoh 4:
Pak Bambang hutang uang sebesar Rp 50.000 kepada Bu Nina dengan bunga 10% dan akan dikembalikan dalam 3 periode, yaitu sebesar Rp 66.550. Untuk memahami perhitungan ini akan di bahas pada nilai sekarang dan nilai mendatang.






Gambar 1: Aliran kas untuk Pak Bambang









Gambar 2: Aliran kas untuk Bu Nina


  1. Nilai Sekarang (Present Worth) dan Nilai Mendatang (Future Worth)
Penambahan bunga pada induk melalui pemajemukan merupakan alat untuk mendapatkan nilai ekivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah uang pada saat ini. Misalkan untuk contoh 4, nilai Rp 50.000 saat ini ekivalen dengan Rp 66.550 pada periode ke-3. Nilai ekivalen di suatu saat mendatang ini disebut dengan istilah future worth (FW) dari nilai sekarang.

Sebaliknya, proses untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah uang pada beberapa periode mendatang disebut diskonting. Dan nilai sekarang dari suatu jumlah uang periode mendatang inilah disebut present worth (PW).
Untuk melakukan perhitungan FW dan PW dapat menggunakan rumus sebagai berikut:










Atau dapat diselesaikan dengan menggunakan tabel:


















Keterangan:

r = tingkat bunga nominal per periode
i = tingkat bunga efektif per periode
N = jumlah periode pemajemukan
P = nilai sekarang (PW)
F = nilai mendatang (FW)


Contoh 5:
Perhitungan FW dan PW pada contoh 4.

Jika P diketahui 50.000 maka F dihitung sebagai berikut: 








F = 66.550


Jika F diketahui 66.550 maka P dihitung sebagai berikut: 









P = 50.000


Perlu diketahui untuk kepentingan yang lebih kompleks, perhitungan future worth dan present worth dapat dilakukan menggunakan tabel. Penggunaan tabel jika diterapkan pada contoh 4 adalah sebagai berikut:


Jika P diketahui 50.000 maka F dihitung sebagai berikut:









F = 50.000 (1,3310) = 66.550



Jika F diketahui 66.550 maka P dihitung sebagai berikut:









P = 66.550 (0,7513) = 50.000



Contoh cara melihat tabel mencari F dengan diketahui P dapat dilihat pada tabel dengan bunga 10% seperti pada gambar 3.






Gambar 3: Tabel Pemajemukan Diskrit dengan i=10%.



Berdasarkan pemahaman tentang nilai sekarang dan nilai mendatang terlihat bahwa nilai nominal yang sama pada periode berbeda mempunyai nilai finansial yang berbeda. Tidak jarang kita sebagai ibu rumah tangga kadang dihadapkan pada pilihan alternatif yang berkaitan dengan masalah ekonomi dalam rumah tangga. Pengetahuan mengenai konsep nilai uang dari waktu yang tergambar pada nilai sekarang (present worth) dan nilai yang akan datang (future worth) dapat membantu dalam melakukan pemilihan tersebut.*) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
  1. I Nyoman Pujawan (1995); Ekonomi Teknik, Edisi I; PT Widya Guna; Jakarta.
  2. Sritomo Wignjosoebroto (1993); Pengantar Teknik Industri, Edisi Pertama; PT Widya Guna; Jakarta.
  3. Grant, Eugene L. et al (1993); Dasar-dasar Ekonomi Teknik; Cetakan IV; Rineka Cipta; Jakarta.

Jumat, 01 November 2019

Aplikasi Ergonomi untuk Penataan Dapur Rumah




Semua orang tentunya menginginkan efisiensi dalam melakukan setiap pekerjaan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk sebuah perusahaan, dalam pencapaian skala pribadipun menginginkannya. Demikian juga dalam menyelesaikan pekerjaan dapur pada sebuah rumah tangga. Desain dan penataan dapur sangat mempengaruhi hal tersebut.

  1. Ergonomi
Mengacu pada buku Ergonomi karangan Bapak Eko Nurmianto (1996) “ istilah “ergonomi” berasal dari Bahasa Latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.”

Dari definisi di atas terlihat bahwa pada saat kita melakukan suatu pekerjaan diperlukan kenyamanan agar mencapai hasil yang optimal. Dikatakan nyaman berarti tidak menimbulkan sakit pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis dan juga sedapat mungkin menghindarkan dari kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Pada suatu pabrik, pekerjaan bisa dilakukan berulang-ulang dengan posisi yang tetap. Jika peralatan yang digunakan tidak ergonomis maka dapat menimbulkan cidera pada bagian tubuh tertentu. Selain itu juga dapat menimbulkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Demikian juga untuk peralatan dapur, pasti kita dapat menghemat waktu, tenaga dan sumber daya lainnya jika penataannya memperhatikan unsur-unsur ergonomis.

  1. Desain Dapur Rumah
Sebelum kita membuat rumah tentunya dibuat terlebih dahulu rancangan atau desainnya. Pada pembuatan desain akan dapat menentukan letak dapur dimana, unsur apa saja yang ada di dalamnya dan berapa ukurannya. Ruang dapur yang akan dibuat hendaknya tidak sekedar memberikan luasan tanpa memperhatikan apa saja yang akan diperlukan pada saat berkegiatan di sana. Misalkan saja tatakan kompor harus menyesuaiakan dimensi kompor yang akan dipakai dan seterusnya. Desain ruang dapur nantinya akan berhubungan langsung dengan penataan peralatan dan perlengkapan dapur itu sendiri.

  1. Desain Perabot Dapur Rumah
Untuk mendukung kegiatan yang dilakukan di ruang dapur diperlukan peralatan. Perabot dapur termasuk prioritas yang perlu diperhatikan. Perabot dapur yang ada di setiap rancangan pada dasarnya sama. Hanya saja setiap rumah dapat menyesuaikan sesuai kepentingan masing-masing pemiliknya dan luasan tanah yang tersedia. Pada umumnya perabot yang ada di dapur adalah kitchen set. Dalam pembuatan dan pemasangan perabot ini hendaknya memperhitungkan hal-hal yang nantinya tidak menyulitkan aktivitas di dapur. Misalkan saja ketinggian pemasangan tatakan kompor, jika terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyusahkan operator yang sedang menggunakan kompor tersebut. Akibatnya ada beberapa kemungkinan yang terjadi;
  1. Hasil masakannya tidak sesuai.
  2. Sakit pada bagian tubuh tertentu.
  3. Menyebabkan kecelakaan, misalkan sering terkena peralatan yang panas.
  4. Membuang waktu karena seharusnya dapat dilakukan lebih singkat.
  5. Pemborosan sumber daya karena akibat dari hal-hal yang mungkin terjadi tersebut di atas (poin 1 - 4).

Maka dari itu pada saat mendesain perabot dapur harus memperhitungkan faktor ergonomi, terutama masalah ukuran. Seperti contoh sebelumnya tentang ketinggian dudukan kompor, dan tentunya masih banyak ukuran lain yang harus ditentukan. Penentuan ukuran ini kita dapat berpatokan pada  data anthropometri. Masih mengacu pada buku Ergonomi karangan Bapak Eko Nurmianto (1996) dikatakan bahwa “anthropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain”. Penerapan data ini dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi dari suatu distribusi normal. 

  1. Lay out Dapur Rumah
Lay out atau tata letak akan mempengaruhi jarak jangkauan dalam melakukan aktivitas di dapur. Untuk itu peletakan peralatan dapur harus mempertimbangkan proses aktivitas di dapur. Selain masalah jarak jangkauan juga harus mempertimbangkan keterkaitan antara peralatan yang satu dengan yang lainnya. Misalkan letak tabung gas, hendaknya tidak jauh dengan kompor gas. 

  1. Suasana Dapur Rumah
Kenyamanan dapat dikatakan selalu berhubungan dengan fisik dan psikis. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah suasana di dapur. Hal ini bisa meliputi suhu ruangan, warna dan unsur estetika. Suhu ruangan dapat berhubungan dengan ventilasi atau pemasangan pendingin ruangan. Untuk warna dan estetika dapat disesuaikan dengan selera penggunanya.


Penataan dapur rumah sangat berkaitan dengan desain dari dapur rumah. Penyusunan desain dapur rumah dapat meliputi desain perabot dapur, tata letak (lay out) dapur, temperatur ruangan, warna dan estetika. Untuk menentukan ukuran yang behubungan dengan perabot dapur dapat berpedoman pada data anthropometri agar sesuai dengan anatomi orang yang beaktivitas di dapur tersebut. Penataan dapur yang ergonomis akan membuat kita tidak merasa terpaksa harus beraktivitas di dapur.*) By: Yunie Sudiro


Referensi:
Eko Nurmianto, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (1996); Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya; Edisi I; Guna Widya; Jakarta