Tampilkan postingan dengan label Keuangan Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keuangan Keluarga. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 November 2016

Perpanjangan SIM (Surat Izin Mengemudi) di SIM Corner PTC (Pakuwon Trade Center) Surabaya 2016



Semua hal yang lebih praktis dan lebih cepat biasanya dapat mengurangi biaya yang timbul. Demikian juga dengan biaya yang berkenaan dengan pengurusan SIM. Jika kita dapat mengurusnya di lokasi yang lebih dekat dan mengetahui proses pengurusan lebih awal akan dapat menghemat biaya yang tidak perlu. Berikut adalah pengalaman saya mengurus perpanjangan SIM di SIM Corner PTC.

Setiap menjelang  hari ulang tahun saya selalu mengecek expired date antara KTP dan SIM. Jadi saya tahu di tahun ini SIM A saya mati, dan memang sudah berencana memperpanjangnya persis di hari ulang tahun. Pengalaman sebelumnya pernah mengantar suami memperpanjang sekitar 1 (satu) minggu sebelumnya dan ternyata masa berlaku SIM yang baru cuma 4 tahun bukan 5 tahun. Daripada rugi setahun, perpanjangan dilakukan saat hari terakhir berlaku saja. Berakhirnya masa berlaku SIM biasanya bertepatan dengan hari ulang tahun kita. Kebetulan masa berlaku terakhir SIM saya adalah hari minggu. Untunglah saat ini perpanjangan bisa dilakukan di SIM corner yang ada di mall atau SIM keliling. Karena hari minggu tempat yang paling bisa diandalkan adalah mall. Meskipun begitu bukan berarti jam tutupnya selalu mengikuti jam operasional mall. Kali ini saya melakukan perpanjangan di SIM corner PTC  Surabaya. Hari minggu hanya sampai jam 19.00 Wib.

Berbekal pengalaman mengantar pengurusan perpanjangan di SIM keliling taman bungkul Surabaya pada tanggal 4 april 2016, saya hanya membawa SIM asli, KTP asli dan fotokopinya. Ternyata setelah sampai loket syarat yang saya bawa masih kurang lengkap. 

Syarat yang harus dibawa adalah 
  • SIM asli dan fotokopinya, 
  • KTP asli dan fotokopinya serta surat keterangan dokter

Ingat SIM dan KTP harus masih berlaku. SIM yang mati sehari saja sudah tak bisa diperpanjang. Aturan yang baru kita harus mengurus SIM baru.

Waktu itu syarat yang kurang saya bawa adalah foto copi SIM dan surat keterangan dokter. Bisa dibayangkan hari minggu untuk mendapatkan tempat parkir saja sudah susah sekali. Pastilah kita sedapat mungkin tak keluar mall supaya tak sengsara lagi mencari tempat parkir. Kebetulan ada yang bisa bantu fotokopi di PTC, hanya saja saya belum mendapatkan surat keterangan dokter. Sebenarnya ada klinik dokter umum di lantai yang sama, cuma pada hari minggu tutup. Akhirnya terpaksa saya keluar parkir menuju National Hospital karena setahu saya rumah sakit ini yang paling dekat di wilayah itu. Biaya untuk mendapat surat keterangan dokter di rumah sakit ini Rp 150.000.

Persyaratan saya sudah lengkap saya siap kembali ke counter. Setelah diperiksa petugas dan dinyatakan lengkap syarat-syaratnya baru diminta membayar biaya perpanjangan yaitu sebesar Rp 80.000. Baru kemudian diberikan form untuk kita isi. Waktu itu tak ada antrean. Hanya saja petugas foto ke toilet sehingga saya harus menunggu beberapa saat. Begitu petugas siap saya langsung dipanggil untuk foto. Kemudian langsung dicetak. Jadilah SIM A saya yang baru dan berlaku sampai 5 tahun mendatang, yaitu tahun 2021. 


Kita semua pasti mengetahui bahwa biaya pengurusan SIM baru lebih mahal dari biaya perpanjangan. Dengan mempelajari proses sebelum bertindak diharapkan kita bisa mengeliminasi biaya yang tak perlu terjadi.*)By: Yunie sudiro.

Jumat, 20 November 2015

MRT dan River Side Singapore


Dalam sebuah perjalanan dapat memberikan banyak hal pembelajaran yang kadang kita tak menyadarinya. Alangkah senangnya jika kita dapat diberikan kesempatan untuk melakukan banyak perjalanan. Hanya saja kita biasanya terbatas pada urusan anggaran. Berikut adalah salah satu pengalaman saya yang dapat dipakai acuan bepergian dengan budget pas-pasan.


Senin, 20 Juli 2015
Persiapan awal adalah mengecek masa berlaku paspor. kemudian baru kita hunting tiket dan hotel. Waktu itu kami memanfaatkan aplikasi travel online. Sesuai jadwal dan budget yang kami inginkan, pilihan jatuh pada maskapai Jets***. Dan tiket pulang pergi pun sudah di tangan. Kami akan menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam di sana. Rencana berangkat hari selasa dan kembali di hari Jumat. Saat itu Jadwal berangkat selasa, 21 Juli 2015 dari Surabaya (SUB) jam 13;15 dan kedatangan di Singapore (SIN) jam 16.30. Kami juga sudah eksekusi 2 kamar di Frag***** Hotel untuk tanggal 21-24. Selain itu kami juga sudah membeli tiket Universal Studio Singapore (USS) di counter jets*** Grandcity Surabaya. Oh ya, tak lupa juga menukar uang rupiah ke dolar Singapore di money changer.

Seperti pada umumnya, malam sebelum keberangkatan kami packing. Bawaan harus seringkas mungkin dengan mengedepankan skala prioritas. Jangan sampai di perjalanan kita tak menikmati liburan malah sibuk mengurus barang bawaan. Bepergian yang sedikit berpetualang juga membutuhkan kekuatan fisik, jadi barang bawaan yang berat dapat membuat repot dan menambah kelelahan. Apalagi kalau pulang ada tambahan belanjaan,..bagasi harus benar-benar diperhitungkan. Jangan lupa juga untuk tidak membawa cairan berukuran besar ke kabin pesawat, misalnya: air mineral, body lotion, shampo.


Selasa, 21 juli 2015
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu. kami akan berangkat ke bandara sekitar jam 10. 30. Pagi hari kami mengawali hari dengan mengantre kamar mandi. Eh,, tiba-tiba sekitar jam 08.30 ada SMS (Short Message Service)  dari maskapai bahwa pesawat delay. kebetulan waktu itu, beberapa hari sebelumnya bandara Juanda sering buka tutup karena erupsi gunung Raung. kami masih optimis meski delay hari ini tetap berangkat karena bandara Juanda buka. Masih dengan rasa berharap, sekitar 2 (dua) jam setelahnya pihak maskapai memberi kabar bahwa pesawat kita cancel. huaa..huaa..kecewa berat ,,. Dengan sigap saat itu juga saya dan suami buka komputer dan cari tiket pengganti. Tapi sayang adanya cuman malam itupun transit Jakarta lanjut perjalanan esok hari di penerbangan pertama. Apa boleh buat pencarian lansung tertuju untuk tanggal 22, meski harus menghanguskan 2 kamar hotel semalam. Dan.... kami mendapatkan yang sesuai, yaitu Gar*** Indonesia dengan transit Jakarta.

Lega sudah perasaan kami walaupun ada rasa kecewa yang tersisa. Paling tidak kami tidak menghanguskan semua persiapan di Singapore yang sudah terbayar. Saat itu juga kami melepas rasa tegang dengan makan siang penyetan. Padahan beberapa hari sebelumnya kami semua pantang makan sambal karena takut saat liburan sakit perut.


Rabu, 22 juli 2015
Tiket keberangkatan terjadwal jam 07.50 dari Surabaya (SUB) - Jakarta (CGK) 09.25, transit berangkat dari Jakarta (CGK) 11.30 - Singapore (SIN) 14.20. Jam 05.00 pagi kami mulai pesan taxi untuk ke bandara. Travel bag langsung kami bawa tanpa membongkar lagi. Perjalanan ke bandara sangat lancar. Kamipun landing di bandara Changi Singapore dengan selamat dan sesuai jadwal.

Perpetualangan dimulai. Secara berurutan: turun pesawat, melewati pemeriksaan, mengisi form imigrasi, melalui gate imigrasi, lalu mengambil bagasi. Setelah itu kami membeli The Singapore Tourist Past. Kartu ini bisa digunakan untuk naik bis, MRT dan LRT train unlimited selama masa berlaku. Harga dari tourist past sudah termasuk $10 sebagai deposit kartu. Pada saat masa berlaku habis, kita bisa mengembalikan kartu dengan mendapatkan $10 tersebut. Pengembalian kartu bisa dilakukan di Changi Airport. Pengembilan kartu hanya bisa dilakukan selama 5 hari setelah pembelian. Pada waktu itu daftar harga The Singapore Tourist Past termasuk deposit adalah sbb: untuk 1 hari $20, untuk 2 hari $26, untuk 3 hari $30. Pembayaran bisa tunai dan kartu kredit. Setelah melakukan pembayaran kita mendapatkan kartu dan panduan termasuk peta MRT.






      Gambar 1: Antre Beli Tourist Past




















Gambar 2: Peta MRT



Kartu tourist past langsung dapat dipergunakan. Tap kartu, dan portal pintu masuk terbuka. Jangan lupa memperhatikan antrean. Petunjuk antrean tergambar di lantai. Selain itu kita juga harus selalu memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya: di dalam MRT kita dilarang makan dan minum. Aturan ini bisa dilihat pada petunjuk-petunjuk yang ada (gambar 3). Untuk yang belum pernah ke Singapore tak perlu khawatir nyasar. Di negara ini sangat friendly, banyak petunjuk. Petunjuknya ada yang bahasa Inggris dan bahasa Melayu.

























Gambar 3: Aturan di dalam MRT























Gambar 4: Suasana di MRT




Frag***** hotel - Riverside terletak di Hongkong Street 20. Keluar dari stasiun terdekat adalah sebuah mall. Untuk ke hotel harus menyeberang jalan raya. Penyeberangan ada 2 jalan, bisa langsung melalui jalan raya dengan menunggu lampu merah atau lewat atas. Untuk lewat atas tak perlu khawatir capek karena selain tangga tersedia juga eskalator. Setelah turun penyeberangan kita berjalan ke kanan menyusuri trotoar. Perhatikan sisi kiri jalan. Jalan yang ke -2 (semoga tidak salah ingat) kita masuk. Menyisiri sebelah kiri jalan, sekitar 100 meter kita sudah menemukannya. Situasi hotel ini seperti hotel budget kalau di Indonesia, tak luas tapi bersih dan rapi. Pegawainya tidak banyak dan masih muda-muda. Mereka juga bisa berbahasa Indonesia.

Setelah check in, kami langsung ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap menjelajah sekitar. Area jelajah pertama adalah mall dekat hotel, tempat pertama kali kami turun MRT. Hari mulai gelap, anak-anak sudah teriak lapar.. Jadi kami saat itu langsung hunting tempat makan. Kami mencoba menelusuri setiap counter makanan. Sekitar 10 buah sudah kita lirik, tapi semua ada menu pok nya. Karena sudah pada kelaparan, akhirnya kami cari makanan yang bukan khas sana. Pilihan jatuh pada restoran burger. Ehh...akhirnya makannya sama kayak di Indo..bedanya, harga lebih mahal kalau dirupiahkan..he..he...


Perut sudah kenyang. Tenaga sudah kembali maksimal. kami menyelusuri mall. Ternyata pintu sisi lainnya adalah river side. Di sepanjang pinggir sungai terdapat tempat makan dan kafe. Kita juga bisa membeli tiket perahu. Tiket ada 2 pilihan, saya menyebutnya paket 1 (lebih murah ) dan 2 (lebih mahal). Yang lebih murah hanya naik perahu. Yang lebih mahal naik perahu lebih jauh dan berhenti sebentar di tempat tertentu sambil menikmati minuman secara cuma-cuma. Dengan alasan pemerataan distribusi budget, saya putuskan yang murah saja. Lagi-lagi harus mengantre. Di sana tersedia bangku untuk menunggu. Sambil menikhmati pemandangan sungai, tak terasa giliran naik perahu tiba. Buat kami, paket 1 (satu) sudah cukup. Perahu menyelusuri sepanjang sungai dengan view tempat-tempat yang menjadi pusat perhatian.






















Gambar 5: Dermaga























Gambar 6 : Suasana di Perahu
























Gambar 7:  View Sepanjang Sungai



Selesai sudah berkeliling naik perahu. Kami turun di tempat semula. Banyak hal yang dapat dipetik selama perjalanan hari ini, terutama untuk anak-anak kita. Malam mulai larut, kami langsung kembali ke hotel dan beristirahat untuk mengumpulkan tenaga agar dapat melanjutkan petualangan di esok harinya.*)By: Yunie Sudiro.


Jumat, 06 November 2015

Dieng dan Panti Asuhan


Pada tanggal 27 November 2015 ada acara ke Dieng bersama dengan para sahabat di Semarang. Langsung saja saya mulai eksekusi tiket pesawat ke Semarang. Kebetulan ada poin sebuah maskapai pelat merah untuk bisa ditukar tiket gratis, meski harus bayar pajak sendiri. Tapi lumayanlah tetap sangat hemat daripada bayar sendiri semua. Tiket berangkat oke, tapi baliknya untuk kuota tukar poin habis. Mungkin kalo jauh-jauh hari saya masih dapat tempat. Demi untuk " me time" saya rela merogoh kocek untuk beli tiket balik. Dan semuanya sudah siap, tinggal menunggu hari keberangkatan, yaitu sehari sebelum ke Dieng (tanggal 26).

Pagi itu lumayan lengang, masih ada cukup waktu untuk bercengkrama di kedai kopi bandara. Di bandara Juanda, keberangkatan untuk pesawat gar*** Indonesia di terminal T2 (biasanya untuk penumpang internasional). Karena ke Semarang memakai pesawat kecil, setelah check in kita masih bisa keluar lagi saat menuju gate keberangkatan (boarding). Saat itulah saya bisa ketemu suami lagi dan ngopi bareng di dekat pintu boarding.





Gambar 1: Ngopi



Malam sebelum keberangkatan ke Dieng koordinator mengingatkan bahwa jam 06,00 harus sudah kumpul di tempat yang disepakati dan memakai dress code: pakaian muslimah dengan atasan putih dan bawahan jean. Tapi para peserta memohon agar jam keberangkatan mundur setidaknya 06.30 karena harus mengantar anak ke sekolah. Akhirnya bus rombongan berangkat sekitar jam 07.00. Otomatis jam berangkat lebih telat dari jadwal semula. Apapun itu semua anggota rombongan bersuka ria dan sibuk berfoto selama perjalanan meski harus bersusah payah menahan goncangan bus.. *dasar emak-emak narsis, termasuk saya..

Setelah beberapa jam kita sampailah di tujuan pertama yaitu komplek Candi Dieng. Kami tiba di sana saat tengah hari. Makanya meskipun di perbukitan tetap saja terasa panas. Kita bisa menikmati pemandangan pegunungan, kesegaran udara dan megahnya candi sebagai karya bangunan bersejarah. Oh ya, untuk masuk area ini dikenakan retribusi per orang. Dan jangan lupa menyimpan karcisnya karena pengalaman kami saat keluar diminta menunjukkan tiket lagi.





Gambar 2: Candi di Dieng



Perjalanan selanjutnya seharusnya ke telaga warna dan Dieng Theater. Berhubung waktu yang semakin molor dari jadwal sebelumnya maka kita tiadakan dua destinasi tersebut. Perlu diketahui rombongan juga mengagendakan berkunjung ke panti asuhan di Temanggung jam 13.00. Padahal sekitar jam 13.00 masih di area candi. Untuk itu perjalanan dipersingkat supaya tetap bisa berkunjung ke panti asuhan saat perjalanan pulang ke Semarang. Selanjutnya kami melanjutkan ke Sikadang, yaitu kawah yang ada semburan lumpur dan berasap putih pekat. Kawasan ini berbau belerang yang sangat menyengat. Di tempat wisata ini banyak pedagang asongan yang menawarkan masker. Selain itu ada semacam pasar yang menjual hasil bumi dan makanan khas daerah sebagai oleh-oleh. Kebanyakan dari rombongan kami tak mau beli masker, karena jelas-jelas merusak penampilan saat berfoto. Alhasil setelah beberapa lama pangkal hidung saya terasa sakit dan tahu-tahu pilek. Selain itu kita juga menahan bahu belerang yang sangat menusuk hidung. Tapi tak perlu khawatir setelah keluar dari area sikadang gejala yang saya sebutkan hilang dengan sendirinya. Mungkin karena tubuh saya tidak biasa di lingkungan yang berbelerang.





Gambar 3: Pintu Masuk Sikadang





Gambar 4: Area Berkawah


Sebelum meninggalkan Wonosobo kami mampir ke tempat oleh-oleh. Oleh-oleh yang paling terkenal dari wilayah ini adalah rica-rica. Oleh-oleh ini berbentuk semacam manisan lengkap dengan sirupnya. Biasanya dikemas dalam botol kaca ato kemasan plastik seperti kemasan air minum. Manisan ini terbuat dari buah yang mirip pepaya kecil yang tumbuh di wilayah Dieng. Selain itu masih banyak jenis makanan khas Dieng yang bisa dibeli sebagai buah tangan.

Selesai sudah acara wisata,selanjutnya kami akan bekunjung ke sebuah panti asuhan di Temanggung. Kabupaten Temanggung adalah wilayah yang kita lewati menuju Semarang. Sehingga tidaklah rumit untuk mencapai tempat tersebut. Apa yang kami berikan mungkin saja tidak seberapa. Kami ke sana dengan niat baik, memberikan dukungan dan semoga bisa sedikit membantu. Setelahnya, kami langsung melanjutkan perjalanan pulang menuju Semarang. Bus sudah tidak segaduh tadi pagi. Sebagian besar tidur terlelap dalam mimpi masing-masing. 


Kadang kita harus menyempatkan diri untuk melakukan perjalanan bersama para sahabat untuk bersosialisasi dan me-refresh diri. Untuk merealisasikan, kita dapat memanfaatkan promo atau penukaran poin agar mendapatkan penghematan. Dalam setiap perjalanan pasti kita akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru termasuk mengenai makanan. Dan meskipun kita selalu mengutamakan penghematan, seharusnya tidak lupa akan perlunya bersedekah.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 19 Oktober 2015

Lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya


Hampir lima tahun rute saya setiap hari melewati  jalan Brawijaya. Saya sebenarnya mengetahui bahwa dibalik jalan tersebut terdapat lapangan yang sangat luas. Hanya saja lapangan ini tak tampak dari jalan yang saya lewati karena tertutup tempat driving dan gedung olah raga lainnya. Terus terang saja, awalnya memang saya tak begitu peduli tentang keberadaannya. Sampai pada suatu hari saya harus ke sana untuk menemani anak saya melihat pameran HUT TNI AD (Hari Ulang Tahun - Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) . Dia suka melihat pameran perlengkapan perang. Di hari itu pengunjung juga diberi kesempatan memegang senjata dan naik tank. Selain itu juga ada atraksi terjun payung dan barisan tentara. Yang lebih membuat lebih meriah lagi adalah disediakannya makanan rombong gratis yang jumlahnya mungkin sekitar seratus. Rombong makanan terdiri dari macam-macam jenis, ada soto, bakso, dan lain-lain yang biasa dijajakan di wilayah Surabaya.




Gambar 1: Memegang Senjata




Gambar 2: Naik Tank                                                                           



Gambar 3: Terjun Payung




Gambar 4: Barisan Tentara



Gambar 5: Makanan Gratis




Kebetulan setelah momen itu saya ditanya oleh seorang teman: "apakah anak pertama sudah berangkat sekolah sendiri?" Saya bilang belum karena belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan juga belum bisa berkendara motor ataupun mobil. Lalu teman saya menanyakan: "kenapa tidak belajar?" Saya bilang pernah belajar motor di komplek perumahan tapi belum lancar karena banyak halangan. Dan saya ngeri kalau sampai menabrak mobil tetangga yang parkir di tepi jalan. Lalu teman saya menyarankan untuk belajar di lapangan Kodam. Katanya anaknya juga belajar setir mobil di sana dan sekarang sudah lancar. Akhirnya saya bawa ke dua anak saya untuk belajar berkendara motor dan mobil ke sana.

Perlu diketahui tempat ini jika malam hari juga selalu ramai karena ada pasar malam. Setahu saya di sana banyak pedagang kaki lima, kereta kelinci dan persewaan mobil-mobilan. Pada hari Senin sampai Sabtu biasanya siang hari sepi dari aktivitas pedagang, lapangan tampak sangat luas. Saat inilah banyak masyarakat untuk belajar berkendara sepeda, motor dan mobil. Ada juga yang berolah raga lari mengelilingi lapangan. Lain halnya hari Minggu pagi, pada pagi hari lapangan ini aktivitasnya seperti malam hari dihari biasa, ramai kaki lima dan berfungsi menjadi tempat rekreasi. Selain itu, lapangan ini sering dipakai acara konser musik. Jadi sedapat mungkin saat ada event menghidari jalan sekitarnya karena pasti padat bahkan macet.


Di tempat ini juga ada tempat-tempat yang biasa dipakai pengunjung berfoto. Salah satunya monumen berbentuk meriam. Intinya lapangan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para TNI tapi juga banyak dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Membawa anak-anak ke sana adalah salah satu cara untuk menambah wawasan dan juga menjadi sarana rekreasi tanpa harus menguras isi kantong.*) By: Yunie Sudiro.

Jumat, 12 Juli 2013

Oleh- oleh dari Bali (bagian 1)





Libur telah tiba.. Libur telah tiba.. Nyanyian Tasya kecil serasa terngiang di telinga disaat anak-anak usai menerima raport. Putra dan Putri naik kelas dengan nilai  di atas yang distandarkan. Apapun hasilnya merupakan jerih payah mereka yang patut mendapatkan apresiasi. Setiap anak mempunyai tingkat kemampuan masing-masing. Menurut saya, reward tak harus diberikan pada  saat anak mendapatkan nilai "A", tapi berdasarkan usaha yang mereka kerahkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Begitupun Putra dan Putri menagih liburan sebagai reward usaha mereka untuk dapat meningkatkan nilai di akhir tahun ajaran.

Liburan kenaikan kelas selama 3 mingggu. Kami sepakat untuk berlibur ke Bali di minggu ke 2. Semua kami siapkan seminggu sebelumnya, termasuk kejelasan cuti suami. Harapan kami adalah, mungkin libur minggu ke 2 tak seramai minggu ke 1, sehingga kami tak menghadapi hambatan yang berarti untuk mendapatkan tiket pesawat dan hotel sesuai dengan budget.

Sebelum hari H kami sudah mulai merancang kira-kira setiba di TKP harus ke mana saja. Sehari sebelum keberangkatan kami mulai berkemas. Packing dimulai.. Penentuan prioritas barang bawaan adalah keputusan penting. Mana yang harus dibawa dan mana yang harus ditinggal kadang menjadi pilihan yang sulit. Apalagi kami sudah sepakat membawa kamera beserta tripod nya agar kita dapat foto berempat tanpa mengganggu orang lain. Akhirnya ritual awal sesuai jadwal. Malam itu packing kelar. Oh ya, saya akan sangat menikmati setiap detail perjalanan yang saya lalui. Sehingga saya juga akan suka menceritakannya lagi melalui tulisan ini.

Pagi yang dinantikan telah tiba.. Pesawat kami terjadwal berangkat pukul 11.00 WIB. Putra terbangun paling pagi karena dia juga yang paling bersemangat menunggu hari keberangkatan. Usai mempersiapkan diri kami berangkat ke bandara. Sekitar jam 10.00 WIB kami sudah di sana. Ini adalah awal perjalanan kami selama 4 hari 3 malam. Taxi yg kami tumpangi tak dapat berhenti tepat di depan tempat keberangkatan karena telah berjajar beberapa mobil hitam yang dikawal beberapa pria kekar berambut cepak dan berseragam, sebagian berbaju safari gelap....pasti sebagian teman-teman sudah bisa menebak mobil siapa... dan sebagian juga ada yang bertanya-tanya mobil siapa? .. He ..he.. Kami harus berhenti beberapa meter setelah rombongan mobil hitam.  Semua tas telah diturunkan dari bagasi, sayapun harus berlari mengambil trolly yang jaraknya yg tidak bisa dibilang dekat. Meski demikian kami menikmatinya, yang penting waktu masih cukup buat check in. Kami juga masih sempat membungkus travel bag dengan plastik pelindung. Apa ya istilahnya... bag wrapping, mungkin, saya tak begitu perhatian, yg saya perhatikan label harga jasa layanannya yaitu Rp 35.000. Saat ini saya masih berfikiran mending mengeluarkan ongkos daripada tas rusak atau isi tas diobrak-abrik oleh tikus-tikus bagasi. Karena saya pernah mengalami tas dirusak saat dari Kuala Lumpur ke Jakarta.


Gambar 1: Tas dan pelindungnya.

Keberangkatan sesuai jadwal, tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai saat jam makan siang. Sepanjang koridor yang kami lalui banyak tulisan  selamat datang. Seperti biasa saya tak kan pernah melewatkan kesempatan untuk berpose di depannya... Dan .. cheers...narsis dimulai.. He..he..



Gambar 2: Selamat Datang

"Ayoo makan..." kicauan 2 kurcaci yg selalui mengikuti kami. Kedua anak saya paling gak bisa nahan lapar kecuali saat berpuasa (terpaksa kali...). Padahal keduanya ditahun kemarin sebulan puasa penuh tanpa ada bolong. Semoga  bulan Romadlon di tahun ini juga bisa melewatinya seperti tahun lalu. Amien.... Mereka minta makan siang di Burger King (BK). Maklum di Surabaya belum ada, jadi kalo ada kesempatan mampir pasti mereka minta. Dengan masih mendorong troly kami bergegas mencari counter BK. Di BK terlihat kursi penuh terisi, untung di teras ada satu meja yang mulai bergegas. Akhirnya saya duduk menjaga meja, yang lain pergi ke dalam memesan makanan.  Tiba-tiba ada 2 perempuan menghampiri saya. Usia mereka kira-kira 20 an. Awalnya minta ijin ngobrol 3 menit. Saya mempersilahkan, ternyata minta donasi untuk sebuah yayasan sosial dengan cara jual voucher. Vouchernya macam-macam, ada restoran dan lainnya yang lokasinya di Bali semua. Padahal saya kan di Bali hanya 4 hari dan belum tentu mengunjungi tempat-tempat yang tertera di voucher tadi. Selain itu donasi kan tidak harus melalui mereka. Dengan halus saya menolaknya. Dan di mbak-mbak tadi dengan sopan meninggalkan saya. Bertepatan saat itu, Putra memanggil saya agar segera pesan makanan. Sambil menunggu pesanan tak lupa saya mengabadikan suasana BK.     



Gambar 3: papa di BK

Perut sudah kenyang, bisa dipastikan untuk sementara waktu tidak ada yang rewel. Segera kami kembali ke counter pemesanan taxi. Dan tak lama kita sudah sampai di hotel. FYI, kami menginap di hotel Bali Kuta Resort (BKR). Kami mendapatkan kamar di lantai 1 dengan view pool. Beberapa saat kami menikhmati kamar dan sempat berfoto di tepi kolam renang.



Gambar 4: Menunggu taxi



Gambar 5: Dalam kamar



Gambar 6: Di kolam renang

Tak terasa saat itu menunjukkan pukul 4 sore waktu setempat (WITA). Kalo jam saya sih masih pukul 3, karena saya malas merubahnya. Saya dan suami teringat akan rencana agenda kami. Langkah 1 adalah menemui bagian layanan tour hotel. Saya dan suami langsung mendiskusikan jadwal perjalanan kami selama di sana. Rencana besar awal, hari 1 dinner di Jimbaran, hari 2 watersport di laut dengan cruiser ship, hari 3 elephant riding, hari 4 pulang dan beli oleh-oleh. Untuk ke Jimbaran saat ityu sudah dipastikan clear. Untuk hari ke 2 maunya kita pakai Quick Silver cruiser ship tapi penuh dan waiting list untuk hari ke 3. Kepastian akhirnya baru didapat hari ke 2 dengan alternatif Island Explore Fun Ship Cruise. Akhirnya kita putuskan hari ke 2 ke Elephant Park di Bakas.

Saya ingin jam 17.30 sudah berada di pantai Jimbaran. Ternyata perjalanan dari hotel memerlukan waktu 1 jam termasuk antisipasi macet. Otomatis 30 menit lagi kita harus sudah meninggalkan hotel. Segera saya ke kamar menyiapkan anak-anak. Kebetulan jalanan tak semacet yang diperkirakan, sebelum setengah enam kami sudah duduk di meja yang terletak di bibir pantai. Untung masih tersisa 1 meja di posisi yang kami incar, yaitu sisi paling dekat air laut. Telat 10 menit aja rasanya kami tak kan mendapatkan tempat di deretan tersebut. Di posisi itu saya dapat menancapkan tripod di depan meja. Kami juga bisa berkejaran dengan ombak sambil mengawasi barang-barang bawaan. Oh ya, saat itu kita dibelokkan sama  guide tour kita yang merangkap sopir di Dewata Cafe. Setelah kita duduk langsung disodori menu minuman. Minuman yang disediakan beragam, yang beralkohol semacam cocktail juga ada.  Menu makanan diberikan menyusul. Kita bisa main di pantai dulu sepuasnya baru pesan untuk makan malam di saat mentari sudah tenggelam. Iseng-iseng saya memperhatikan meja-meja di sebelah. Sebelah kanan bule berbahasa Inggris, sebelah kiri turis juga berwajah oriental bahasanya mirip mandarin --tapi saya tak yakin kalo mandarin, karena saya gak bisa bahasa mandarin...he..he.. Tak lama kemudian datang serombongan pengamen cafe. Mereka bernyanyi dari satu meja ke meja lainnya sambil menyapa, mungkin sebagai bentuk keramah tamahan terhadap pengunjung. Dan para pengunjung dengan suka rela memberikan tips terhadap mereka. Lampu-lampu mulai dinyalakan, payung pantai mulai di angkat, tanda mentari mulai meredup. Saya langsung memesan menu makan malam. Teman-teman pasti tau di Jimbaran yang tersedia adalah sea food, jadi proses masaknya agak lama, misal bakar-bakar dulu dan tentu masaknya antre. Makanan siap santap di saat yang tepat. Kami sekeluarga menikmatinya di antara temaram lampu, disertai suara deburan ombak, beratap langit dengan kaki menyentuh pasir putih nan lembut.



Gambar 7: Berempat di jimbaran



Gambar 8: Bersama pengamen.

Kenyang dan puas menyelimuti perasaan kami di malam itu. Pengantar kami sudah mengintip di gerbang cafe. Kami minta waktu sebentar untuk ke toilet dan berusaha membuat baju Putra lebih kering karena basah saat main di pantai. Sebagai pengalaman jika suatu saat makan di sana harus bawa baju cadangan. La...la..la.. mobil melaju memecah kemacetan malam di Kuta membawa kami kembali ke hotel (bersambung ke bagian 2)


** by: Yunie Sudiro.

Kamis, 10 Februari 2011

Museum Kereta Api Ambarawa


Minggu yang cerah, langit tampak bersih dari noda mendung. Sang Putri dan Sang Pangeran sangat menikmati hari libur mereka. Semenjak bangun tidur sudah sibuk membaca dan main game. Merekapun terperanjat setelah melihat kami siap pergi meninggalkan rumah, padahal sebelumnya sudah diperingatkan untuk bersiap-siap. Mereka terlihat sangat antusias menemani nenek-kakek mereka ke Museum Kereta Ambarawa meskipun sudah pernah mengunjunginya beberapa waktu yang lalu.
Saya akan mengemukakan rute yang kami lalui, siapa tahu ada teman-teman pendatang yang masih bingung dengan jalur Semarang-Ambarawa. Saya memulai rute perjalanan dari bundaran Kali Banteng (dekat Bandara Ahmad Yani) masuk ke arah Jl. Abdurahman Saleh. Saya sangat menyukai rute ini karena terhindar dari macet dan sepanjang jalan dapat mencuci mata dengan pemandangan alam nan hijau. Oleh karena itu jalur ini sangat cocok dilalui di siang hari, kalau malam lebih baik melalui jalur kota yang ramai dan terang. Setelah masuk jalan ini, dengan kondisi jalan mendaki yang kontur tanah yang semakin naik kita mengikuti jalan utama sampai menuju arah perumahan Greenwood. Lepas dari perumahan ini kita dapat melihat hamparan hutan karet sejenak. Saat itu matahari mulai tak tampak, gerimis mulai jatuh di kaca mobil yang kami tumpangi. Padahal perjalanan baru sekitar 20 menit dari bundaran Kalibanteng yang tak ada tanda-tanda turun hujan. Jalur ini akan melintas di depan obyek wisata Ngrembel Asri, yang beberapa ratus meter lagi ada pertigaan pasar Gunungpati, kita harus belok ke kiri menuju arah Ungaran. Kita mengikuti jalan utama yang termasuk wilayah Gunungpati, sampai jalur ini habis dan ada tanda verboden, kita harus belok kiri mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Sebenarnya ada jalan yang lurus, tapi yang dari arah Gunungpati dilarang masuk karena jalur searah. Selanjutnya kita bertemu jalan antar kota arah Jogja/Solo, belok ke kanan mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Kita akan melewati kota Ungaran dan selanjutnya Bawen. Pada saat di Bawen, jalan terbagi dua yaitu lurus arah Solo dan ke kanan arah Jogja. Untuk ke Ambarawa kita pilih arah Jogja.
Sampailah kita di kota Ambarawa. Sang pangeran dan sang putri bersorak sorai karena sudah dekat tempat tujuan. Apalagi ketika melihat monumen tank dipertigaan depan museum Palagan Ambarawa. Kita tinggal belok ke kiri, tak lama kita sudah melihat petunjuk “Museum Kereta Api Ambarawa” yang terletak di sebelah kanan jalan. Sekitar jam 11 kita sampai, parkir sudah dapat di tempat agak jauh dari lokasi. Suasana stasiun sudah ramai, saya bergegas ke loket membeli tiket. Harga per tiket Rp 5.000,-. Dari awal kami berencana naik Lori Wisata Ambarawa - Tuntang. Terlihat para pengunjung sudah antri di depan loket, tak ketinggalan sang mantan pacar ikut berjuang mendapatkan tiket. Nasib mujur belum berpihak pada kami, antrian tinggal dua orang tiket habis dan loket ditutup. Akhirnya kami menunggu loket dibuka lagi untuk pemberangkatan berikutnya, yaitu jam 13.00. Sambil menunggu, waktu bisa dimanfaatkan dengan melihat-lihat isi museum, menikhmati jajanan-*yang paling bikin kangen adalah merasakan hangatnya minuman ronde; hmmmm...*, melihat-lihat souvenir yang dijual para pedagang, dan.....berfoto...cheeerss.....

Gambar 1 : Peron stasiun
Gambar 2 : Lokomotif kereta uap
Menjelang jam 12.00 para calon penumpang tampak mulai antre meski loket masih tertutup rapat. Akhirnya loket untuk tiket “E” dibuka. Karena kereta yang dimaksud adalah sama yaitu kereta wisata Lori, maka tiket tiap pemberangkatan ditandai dengan kode abjad. Oh ya, harga tiket ini adalah Rp 10.000 per orang.
“Bagi calon penumpang dengan tiket E harap bersiap-siap”, seru petugas.. Tiket “E”....kamipun beranjak ke tempat pemberangkatan. Ingat, tiket kereta tanpa tempat duduk, jadi kita harus pasang kuda-kuda untuk berebut tempat, he..he... Buat yang belum berpengalaman soal rebut-merebut di tempat duduk kereta kelas ekonomi, strategi awal: cari pintu yang berseberangan rel karena tidak dipakai pintu keluar penumpang sebelumnya. Yang ke dua: segera naik kereta begitu kereta berhenti dan langsung duduk ditempat yang diincar. Tepat jam 13.00 kereta berangkat menuju stasiun Tuntang. Sepanjang perjalanan kita disuguhi panorama Rawa Pening dengan udara yang begitu segar, jauh dari polusi. Begitu sampai stasiun Tuntang, kereta berhenti sejenak dan langsung balik ke stasiun Ambarawa lagi. Perjalanan pergi – pulang stasiun Ambarawa – Tuntang memakan waktu kira-kira satu jam.
Gambar 3 : Rawapening
Weekend telah berakhir. Tenaga harus dikerahkan kembali untuk menyambut aktivitas di hari Senin. Hampir lupa sang putri dan sang pangeran masih ada ulangan harian yang harus dihadapi. Mereka harus mengulang materi ulangan walau dengan berat hati.... “Ma, tolong tanya : penyerahan kekuasaan di Indonesia dari Belanda kepada Inggris ditandai dengan perjanjian apa ....? Saya membantu menjawab soal tersebut hanya dengan mengingatkan kalau tadi kita dari sana. Dan sang putri langsung bisa menjawabnya, yaitu perjanjian Tuntang. ... ...
By: Yunie Sudiro.

Senin, 31 Mei 2010

Trans Semarang

“Ma.., kapan naik busway?”, tanya anak saya pada suatu hari. Busway yang dimaksud adalah BRT (Bus Rapid Transport) yang ada di Semarang alias Trans Semarang. Dia selalu teringat akan hal itu setiap kali melewati shelter. Sudah setahun kehadiran alat transportasi ini di kota Semarang, tapi kami belum sempat mencobanya. Karenanya saya ingin segera mengajaknya untuk naik bis tersebut. Kebetulan keesokan harinya adalah hari libur nasional, tanggal 28 Mei 2010.



Gambar 1: Trans Semarang

Matahari mulai terbit, kami sekeluarga mulai menyiapkan diri untuk pergi sekedar berkeliling dalam kota Semarang naik Trans Semarang. Dari rumah kami mengendarai mobil sampai mall Ciputra-Simpang Lima. Waktu itu masih jam 09.30 WIB, tapi sudah mulai ada aktivitas di lingkungan mall. Suasana parkir masih lengang, hanya ada beberapa mobil yang sudah parkir. Dengan mudahnya kami mendapatkan tempat parkir, padahal biasanya agak siang sedikit mencari parkir di mall daerah Simpang Lima amat susah.

Kami berjalan menyusuri trotoar depan mall. Tepat depan antara mall Ciputra dan hotel Ciputra terdapat shelter BRT. Di pintu masuk kita dapat melihat daftar shelter dimana BRT akan berhenti. Saat itu kami memutuskan untuk mencoba berkeliling dengan rute Simpang Lima-Terminal Penggaron.



Gambar 2: Salah Satu Shelter BRT

Adapun daftar shelter yang disinggahi oleh BRT berdasarkan pengumuman yang ada di shelter Simpang Lima adalah sebagai berikut:


Gambar 3: Daftar Shelter BRT

Sebelum duduk di tempat tunggu yang telah disediakan kami harus membeli tiket. Tiket BRT seharga Rp 3.500 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar. Bagi yang membawa anak-anak akan ditanya petugas, apakah anaknya duduk sendiri atau dipangku. Jika duduk sendiri akan dikenakan tarif yang sama.



Gambar 4 : Tiket

Ada beberapa calon penumpang sudah menunggu di sana. Setelah mendapatkan tiket kami ikut bergabung dengan mereka. Tak berapa lama datang satu unit BRT, tapi tujuannya ke terminal Mangkang, bukan terminal Penggaron. Saat itu petugas menginformasikan BRT dengan tujuan terminal Penggaron datang setelah itu. Baru saja petugas mengakhiri ucapannya, tampak datang BRT yang dimaksud.

Dengan semangat kami memasuki pintu bis. Di dalam sudah banyak penumpang. Meskipun begitu masih ada tempat duduk untuk kami. Sejuk yang terasa oleh saya saat masuk ke dalamnya. Saya berusaha mengamati suasana dalam bis. Saya memberi nilai A plus untuk alat transportasi ini. Bis tampak bersih, AC berfungsi dengan baik dan pelayanan yang baik. Saya sempat berfikir, jika suatu saat saya sedang malas nyetir dan kesiangan pergi ke mall daerah Simpang Lima (takut susah dapat parkir) saya bisa memanfaatkan BRT. Intinya --- bisa di ulang, tidak jera.....----



Gambar 4: Suasana Di dalam Bis Jurusan Terminal Penggaron

Semua penumpang terlihat sangat menikmati perjalanan. Shelter demi shelter bis berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sampai pada akhirnya bis berhenti di terminal Penggaron. Kami langsung menuju bangunan shelter yang tersedia. Kami berniat langsung kembali lagi ke shelter semula saat berangkat, yaitu simpang lima. Tampak BRT jurusan Mangkang sudah menunggu calon penumpang. Kami bergegas membeli tiket dan langsung masuk ke dalam bis. Tak berapa lama kemudian bis sudah melaju. Para penumpang jurusan ini juga tampak menikhmati perjalanan. Perjalanan begitu lancar dan kami tiba di shelter Simpang Lima lagi.



Gambar 5: Suasana Di dalam Bis Jurusan Terminal Mangkang

Calon penumpang di shelter tersebut tampak lebih ramai dari pagi sebelumnya. Kami segera meninggalkan shelter dan menuju ke mall Ciputra. Seperti biasa, saya menyempatkan diri untuk window shopping..... Semoga belum ada barang yang cocok..., biar tidak boros...he..he.. Sayangnya, saya tergoda untuk membeli sebuah clutch ...


Memperkenalkan lingkungan pada anak merupakan salah satu tugas kita sebagai orang tua. Membawa anak-anak kita keluar rumah dan mengajaknya berkeliling mengendarai angkutan umum merupakan bagian dari cara kita memperkenalkan lingkungan. Selain itu, dengan mengetahui adanya angkutan umum yang memadai dapat dijadikan alternatif trasportasi keluarga yang lebih hemat daripada kendaraan pribadi.*) By: Yunie Sudiro.