Senin, 07 September 2015

Menu Masakan Dari Durian


Dulu saat saya masih anak-anak terasa mual jika mencium aroma buah durian. Jangankan untuk mencicipi, tercium samar-samar saja saya langsung menjauh. Jadi saat itu saya tak tahu persis bagaimana rasa buah yang beraroma menyengat tersebut. Tidak tahu kenapa pada awal kuliah teman-teman membeli buah durian dan ternyata saya tak terganggu sama aromanya dan bahkan mulai menyukainya. Akhirnya saya mencoba mencicipi buah yang susah di buka ini. Dan...saya langsung jatuh cinta.

Mulai saat itu saya sering membelinya terutama saat musimnya. Apalagi saya pernah tinggal di Semarang. Di sana saya bisa langsung ke tempat agrowisata durian. Seingat saya pada musim ini juga disertai musim rambutan. Jadi selama perjalanan menuju tempat agrowisata kami dapat menjumpai pohon-pohon rambutan yang berbuah merah. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya yang sebelumnya tinggal di daerah yang rambutan tak tumbuh. Selama perjalanan kami juga sering menjumpai penjual durian, rambutan dan petai. Tapi saya tak tahu persis apakah petai sedang musim atau selalu ada tiap saat. Pada tahun 2010 saya sempat menggambil gambar buah durian di pohonnya di sebuah agrowisata yang saya kunjungi.





Gambar 1: Pohon Buah Durian 

Mulanya saya hanya suka makan buah ini tanpa diolah. Sampai suatu saat suami dinas ke Medan membawakan oleh-oleh pancake. Dan lagi-lagi saya langsung amat suka. Hal ini terbawa sampai saat saya pindah lagi ke kota Surabaya. Untunglah ada teman yang memberikan referensi karena pada awal kepindahan saya suasana kota sudah berbeda dari 5 (lima) tahun sebelumnya, yaitu sebelum saya meninggalkannya. Waktu itu yang direferensikan adalah pancake yang dijual di sepanjang jalan Taman Apsari. Kemasannya per biji dan beku.

Lidah saya belum berubah. Seringkali menginginkan  untuk mengecap buah durian. Hingga suatu sore tak sengaja saya menonton tayangan televisi tentang sebuah resto yang semua menunya berbahan dasar durian. Pastinya saya tak ingin melewatkan tayangan tadi karena saya ingin sekali mencobanya. Akhirnya saya mendapatkan alamatnya, yang kebetulan di kota Surabaya.

Pada suatu Minggu saya berkesempatan mampir ke resto tersebut. Saat kami datang langsung disodori buku menu kemudian langsung bisa pesan di kasir dan melakukan pembayaran. Makanan akan datang setelah kami melakukan traksaksi. Jadi jika kami ingin menambah pesanan harus melakukan proses yang sama, padahal kadang harus mengantre lagi di kasir. Makanya jika mau menambah makanan atau minuman, lakukan transaksi sebelum makanan atau minumannya benar-benar habis. Siapa tahu di lain tempat kita menemukan sistem pemesanan yang sama, trik tersebut dapat diandalkan. Selain itu, ada aroma durian di saat-saat tertentu, sepertinya pada saat ada yang membuka  tempat penyimpanan durian. Kebetulan waktu itu saya duduk di dalam. Saya tak tahu apakah aroma tadi terasa sampai tempat duduk luar apa tidak. Buat saya sih..suka-suka saja sama aroma durian.






Gambar 2: Varian Minuman Dengan Bahan Durian





Gambar 3: Sambal Durian





Gambar 4: Pancake Durian




Singkat cerita, kami memesan otot goreng, otot goreng tepung, cumi hitam, semua disajikan dengan sambal durian. Untuk sambal tidak ada yang tanpa durian. Meskipun begitu, tidak tampak ada durian diuleg. Rasanya juga tetap seperti sambal. Kami juga memesan beberapa minuman dari durian dan pancake. Khusus pancake kami suka yang original (seperti yang biasa kami beli di Taman Apsari). Semuanya kami suka dan kepingin balik lagi. Dasar penyuka durian..


Urusan dapur dalam sebuah rumah tangga merupakan hal yang vital. Bayangkan saja apa yang akan terjadi tanpa adanya makanan dalam sebuah rumah. Referensi tentang makanan sangat dicari para pengemban tugas ini. Masakan dari bahan durian dapat dijadikan alternatif pilihan menu untuk keluarga.*) By: Yunie Sudiro.

Rabu, 19 Agustus 2015

Padasan



Mengawali aktivitas menulis sering saya lakukan setelah sejenak "googling" mencari tau topik yang serupa. Sekedar ingin tau apa yang pernah dialami dan dibahas oleh individu lain. Saya tak menyangka kata padasan ternyata masuk dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI) yang artinya tempayan yang diberi lubang pancuran (tempat air wudhu). Setau saya kata padasan hanya dikenal oleh orang-orang yang hidup di masa kecil saya dan tinggalnya tidak di kota besar di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Dan ternyata arti dalam kamus tadi persis seperti yang saya maksud. Akan tetapi apakah saat ini kebanyakan orang masih mengenal istilah ini?

Bangunan rumah saya mulai berumur 10 tahun. Beberapa bagian rumah sudah mulai butuh perhatian. Yang paling urgent adalah suara ngacir air yang tidak mau berhenti. Siapa sih yang mau tagiham PDAM membengkak sia-sia? Maka dengan percaya diri saya meminta tolong suami melepas shower yang menjadi sumber masalah tadi. Percaya diri bahwa tanpa harus ahlinya bisa melepasnya. Dengan perkasa suami memutar pangkal kran, dan...klek...lepaslah shower. Seharusnya kita senang bisa melepaskan, tapi ini malah kita merasa sedih karena ternyata lepasnya tidak tuntas, melainkan putus. Jadinya ada sebagian sisa pangkal shower yang tertinggal dalam saluran pipa. Kalau ini, mau tak mau harus diserahkan pada ahlinya alias tukang. Hanya saja tak mungkin saat itu juga kita mendapatkan tukang.
Awalnya bingung juga, PDAM dimatikan kita tidak bisa aktivitas, tidak dimatikan bekas shower airnya ngocor dan mengurangi tekanan air pada kran lainnya. Untungnya saya teringat masa kecil dimana lubang padasan ditutup kayu jika tak digunakan. Langsung saja kami mencoba mengaplikasikannya. Ternyata dengan rautan kayu saja tak cukup, supaya lebih rapat ujung kayu dililit plastik. Kalau yang bagian plastik ini terus terang saya lupa, yang ingat sang mantan pacar. Cara ini ampuh dalam mengatasi masalah kami yang keliatan remeh tapi berdampak cukup merepotkan.

Keesokan harinya saya mendapatkan tukang untuk memperbaiki kran. Karena sudah manggil tukang saya bermaksud melakukan pergantian dan perbaikan bagian lainnya, yaitu kran selain yang tadi, otomatis pompa air, nat keramik kamar mandi dan kebocoran pipa air sebelum meteran PDAM. Setelah pak tukang survey dan menyiapkan pekerjaannya, berpamitan sama saya untuk beli bahan. Sebelum berpamitan sempat memberitahukan jika kesorean dikerjakan besok pagi saja. Wah... kalau ini benar-benar terjadi, saya lebih repot lagi. Gimana tidak, lubang pipa sekarang malah nambah lagi. Makanya pak tukang saya wanti-wanti harus balik hari itu juga. Ehh...setelah ditunggu-tunggu gak datang, sampai gak bisa mandi. Baru setelah dicek kasih kabarnya ke suami dan sepakat pak tukang balik esok hari dimana yang diajak berunding gak tau kondisi rumah yang sudah ada 2 lubang pipa air yang siap membanjiri rumah jika PDAM dinyalakan. Lagi-lagi solusi kuno tadi kita aplikasikan sebagai penyelamat.

Di era sekarang, yang lebih modern dari saat masa kecil saya, banyak hal yang lebih dimudahkan. Pada saat ini kita sangat terbantu dengan kemajuan teknologi yang ada. Pekerjaan kita menjadi lebih mudah diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Hanya saja semua itu di saat tertentu bisa saja tak berjalan sebagai mana mestinya. Contoh: mesin cuci dan rice cooker tak bisa digunakan saat listrik mati. Jadi kita perlu memperkenalkan atau mewarisi cara-cara tradisional kepada anak-anak kita agar bisa survive apapun kondisi lingkungannya.*) by: Yunie Sudiro