Senin, 19 Oktober 2015

Lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya


Hampir lima tahun rute saya setiap hari melewati  jalan Brawijaya. Saya sebenarnya mengetahui bahwa dibalik jalan tersebut terdapat lapangan yang sangat luas. Hanya saja lapangan ini tak tampak dari jalan yang saya lewati karena tertutup tempat driving dan gedung olah raga lainnya. Terus terang saja, awalnya memang saya tak begitu peduli tentang keberadaannya. Sampai pada suatu hari saya harus ke sana untuk menemani anak saya melihat pameran HUT TNI AD (Hari Ulang Tahun - Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) . Dia suka melihat pameran perlengkapan perang. Di hari itu pengunjung juga diberi kesempatan memegang senjata dan naik tank. Selain itu juga ada atraksi terjun payung dan barisan tentara. Yang lebih membuat lebih meriah lagi adalah disediakannya makanan rombong gratis yang jumlahnya mungkin sekitar seratus. Rombong makanan terdiri dari macam-macam jenis, ada soto, bakso, dan lain-lain yang biasa dijajakan di wilayah Surabaya.




Gambar 1: Memegang Senjata




Gambar 2: Naik Tank                                                                           



Gambar 3: Terjun Payung




Gambar 4: Barisan Tentara



Gambar 5: Makanan Gratis




Kebetulan setelah momen itu saya ditanya oleh seorang teman: "apakah anak pertama sudah berangkat sekolah sendiri?" Saya bilang belum karena belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan juga belum bisa berkendara motor ataupun mobil. Lalu teman saya menanyakan: "kenapa tidak belajar?" Saya bilang pernah belajar motor di komplek perumahan tapi belum lancar karena banyak halangan. Dan saya ngeri kalau sampai menabrak mobil tetangga yang parkir di tepi jalan. Lalu teman saya menyarankan untuk belajar di lapangan Kodam. Katanya anaknya juga belajar setir mobil di sana dan sekarang sudah lancar. Akhirnya saya bawa ke dua anak saya untuk belajar berkendara motor dan mobil ke sana.

Perlu diketahui tempat ini jika malam hari juga selalu ramai karena ada pasar malam. Setahu saya di sana banyak pedagang kaki lima, kereta kelinci dan persewaan mobil-mobilan. Pada hari Senin sampai Sabtu biasanya siang hari sepi dari aktivitas pedagang, lapangan tampak sangat luas. Saat inilah banyak masyarakat untuk belajar berkendara sepeda, motor dan mobil. Ada juga yang berolah raga lari mengelilingi lapangan. Lain halnya hari Minggu pagi, pada pagi hari lapangan ini aktivitasnya seperti malam hari dihari biasa, ramai kaki lima dan berfungsi menjadi tempat rekreasi. Selain itu, lapangan ini sering dipakai acara konser musik. Jadi sedapat mungkin saat ada event menghidari jalan sekitarnya karena pasti padat bahkan macet.


Di tempat ini juga ada tempat-tempat yang biasa dipakai pengunjung berfoto. Salah satunya monumen berbentuk meriam. Intinya lapangan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para TNI tapi juga banyak dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Membawa anak-anak ke sana adalah salah satu cara untuk menambah wawasan dan juga menjadi sarana rekreasi tanpa harus menguras isi kantong.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 07 September 2015

Menu Masakan Dari Durian


Dulu saat saya masih anak-anak terasa mual jika mencium aroma buah durian. Jangankan untuk mencicipi, tercium samar-samar saja saya langsung menjauh. Jadi saat itu saya tak tahu persis bagaimana rasa buah yang beraroma menyengat tersebut. Tidak tahu kenapa pada awal kuliah teman-teman membeli buah durian dan ternyata saya tak terganggu sama aromanya dan bahkan mulai menyukainya. Akhirnya saya mencoba mencicipi buah yang susah di buka ini. Dan...saya langsung jatuh cinta.

Mulai saat itu saya sering membelinya terutama saat musimnya. Apalagi saya pernah tinggal di Semarang. Di sana saya bisa langsung ke tempat agrowisata durian. Seingat saya pada musim ini juga disertai musim rambutan. Jadi selama perjalanan menuju tempat agrowisata kami dapat menjumpai pohon-pohon rambutan yang berbuah merah. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya yang sebelumnya tinggal di daerah yang rambutan tak tumbuh. Selama perjalanan kami juga sering menjumpai penjual durian, rambutan dan petai. Tapi saya tak tahu persis apakah petai sedang musim atau selalu ada tiap saat. Pada tahun 2010 saya sempat menggambil gambar buah durian di pohonnya di sebuah agrowisata yang saya kunjungi.





Gambar 1: Pohon Buah Durian 

Mulanya saya hanya suka makan buah ini tanpa diolah. Sampai suatu saat suami dinas ke Medan membawakan oleh-oleh pancake. Dan lagi-lagi saya langsung amat suka. Hal ini terbawa sampai saat saya pindah lagi ke kota Surabaya. Untunglah ada teman yang memberikan referensi karena pada awal kepindahan saya suasana kota sudah berbeda dari 5 (lima) tahun sebelumnya, yaitu sebelum saya meninggalkannya. Waktu itu yang direferensikan adalah pancake yang dijual di sepanjang jalan Taman Apsari. Kemasannya per biji dan beku.

Lidah saya belum berubah. Seringkali menginginkan  untuk mengecap buah durian. Hingga suatu sore tak sengaja saya menonton tayangan televisi tentang sebuah resto yang semua menunya berbahan dasar durian. Pastinya saya tak ingin melewatkan tayangan tadi karena saya ingin sekali mencobanya. Akhirnya saya mendapatkan alamatnya, yang kebetulan di kota Surabaya.

Pada suatu Minggu saya berkesempatan mampir ke resto tersebut. Saat kami datang langsung disodori buku menu kemudian langsung bisa pesan di kasir dan melakukan pembayaran. Makanan akan datang setelah kami melakukan traksaksi. Jadi jika kami ingin menambah pesanan harus melakukan proses yang sama, padahal kadang harus mengantre lagi di kasir. Makanya jika mau menambah makanan atau minuman, lakukan transaksi sebelum makanan atau minumannya benar-benar habis. Siapa tahu di lain tempat kita menemukan sistem pemesanan yang sama, trik tersebut dapat diandalkan. Selain itu, ada aroma durian di saat-saat tertentu, sepertinya pada saat ada yang membuka  tempat penyimpanan durian. Kebetulan waktu itu saya duduk di dalam. Saya tak tahu apakah aroma tadi terasa sampai tempat duduk luar apa tidak. Buat saya sih..suka-suka saja sama aroma durian.






Gambar 2: Varian Minuman Dengan Bahan Durian





Gambar 3: Sambal Durian





Gambar 4: Pancake Durian




Singkat cerita, kami memesan otot goreng, otot goreng tepung, cumi hitam, semua disajikan dengan sambal durian. Untuk sambal tidak ada yang tanpa durian. Meskipun begitu, tidak tampak ada durian diuleg. Rasanya juga tetap seperti sambal. Kami juga memesan beberapa minuman dari durian dan pancake. Khusus pancake kami suka yang original (seperti yang biasa kami beli di Taman Apsari). Semuanya kami suka dan kepingin balik lagi. Dasar penyuka durian..


Urusan dapur dalam sebuah rumah tangga merupakan hal yang vital. Bayangkan saja apa yang akan terjadi tanpa adanya makanan dalam sebuah rumah. Referensi tentang makanan sangat dicari para pengemban tugas ini. Masakan dari bahan durian dapat dijadikan alternatif pilihan menu untuk keluarga.*) By: Yunie Sudiro.