Jumat, 06 November 2015

Dieng dan Panti Asuhan


Pada tanggal 27 November 2015 ada acara ke Dieng bersama dengan para sahabat di Semarang. Langsung saja saya mulai eksekusi tiket pesawat ke Semarang. Kebetulan ada poin sebuah maskapai pelat merah untuk bisa ditukar tiket gratis, meski harus bayar pajak sendiri. Tapi lumayanlah tetap sangat hemat daripada bayar sendiri semua. Tiket berangkat oke, tapi baliknya untuk kuota tukar poin habis. Mungkin kalo jauh-jauh hari saya masih dapat tempat. Demi untuk " me time" saya rela merogoh kocek untuk beli tiket balik. Dan semuanya sudah siap, tinggal menunggu hari keberangkatan, yaitu sehari sebelum ke Dieng (tanggal 26).

Pagi itu lumayan lengang, masih ada cukup waktu untuk bercengkrama di kedai kopi bandara. Di bandara Juanda, keberangkatan untuk pesawat gar*** Indonesia di terminal T2 (biasanya untuk penumpang internasional). Karena ke Semarang memakai pesawat kecil, setelah check in kita masih bisa keluar lagi saat menuju gate keberangkatan (boarding). Saat itulah saya bisa ketemu suami lagi dan ngopi bareng di dekat pintu boarding.





Gambar 1: Ngopi



Malam sebelum keberangkatan ke Dieng koordinator mengingatkan bahwa jam 06,00 harus sudah kumpul di tempat yang disepakati dan memakai dress code: pakaian muslimah dengan atasan putih dan bawahan jean. Tapi para peserta memohon agar jam keberangkatan mundur setidaknya 06.30 karena harus mengantar anak ke sekolah. Akhirnya bus rombongan berangkat sekitar jam 07.00. Otomatis jam berangkat lebih telat dari jadwal semula. Apapun itu semua anggota rombongan bersuka ria dan sibuk berfoto selama perjalanan meski harus bersusah payah menahan goncangan bus.. *dasar emak-emak narsis, termasuk saya..

Setelah beberapa jam kita sampailah di tujuan pertama yaitu komplek Candi Dieng. Kami tiba di sana saat tengah hari. Makanya meskipun di perbukitan tetap saja terasa panas. Kita bisa menikmati pemandangan pegunungan, kesegaran udara dan megahnya candi sebagai karya bangunan bersejarah. Oh ya, untuk masuk area ini dikenakan retribusi per orang. Dan jangan lupa menyimpan karcisnya karena pengalaman kami saat keluar diminta menunjukkan tiket lagi.





Gambar 2: Candi di Dieng



Perjalanan selanjutnya seharusnya ke telaga warna dan Dieng Theater. Berhubung waktu yang semakin molor dari jadwal sebelumnya maka kita tiadakan dua destinasi tersebut. Perlu diketahui rombongan juga mengagendakan berkunjung ke panti asuhan di Temanggung jam 13.00. Padahal sekitar jam 13.00 masih di area candi. Untuk itu perjalanan dipersingkat supaya tetap bisa berkunjung ke panti asuhan saat perjalanan pulang ke Semarang. Selanjutnya kami melanjutkan ke Sikadang, yaitu kawah yang ada semburan lumpur dan berasap putih pekat. Kawasan ini berbau belerang yang sangat menyengat. Di tempat wisata ini banyak pedagang asongan yang menawarkan masker. Selain itu ada semacam pasar yang menjual hasil bumi dan makanan khas daerah sebagai oleh-oleh. Kebanyakan dari rombongan kami tak mau beli masker, karena jelas-jelas merusak penampilan saat berfoto. Alhasil setelah beberapa lama pangkal hidung saya terasa sakit dan tahu-tahu pilek. Selain itu kita juga menahan bahu belerang yang sangat menusuk hidung. Tapi tak perlu khawatir setelah keluar dari area sikadang gejala yang saya sebutkan hilang dengan sendirinya. Mungkin karena tubuh saya tidak biasa di lingkungan yang berbelerang.





Gambar 3: Pintu Masuk Sikadang





Gambar 4: Area Berkawah


Sebelum meninggalkan Wonosobo kami mampir ke tempat oleh-oleh. Oleh-oleh yang paling terkenal dari wilayah ini adalah rica-rica. Oleh-oleh ini berbentuk semacam manisan lengkap dengan sirupnya. Biasanya dikemas dalam botol kaca ato kemasan plastik seperti kemasan air minum. Manisan ini terbuat dari buah yang mirip pepaya kecil yang tumbuh di wilayah Dieng. Selain itu masih banyak jenis makanan khas Dieng yang bisa dibeli sebagai buah tangan.

Selesai sudah acara wisata,selanjutnya kami akan bekunjung ke sebuah panti asuhan di Temanggung. Kabupaten Temanggung adalah wilayah yang kita lewati menuju Semarang. Sehingga tidaklah rumit untuk mencapai tempat tersebut. Apa yang kami berikan mungkin saja tidak seberapa. Kami ke sana dengan niat baik, memberikan dukungan dan semoga bisa sedikit membantu. Setelahnya, kami langsung melanjutkan perjalanan pulang menuju Semarang. Bus sudah tidak segaduh tadi pagi. Sebagian besar tidur terlelap dalam mimpi masing-masing. 


Kadang kita harus menyempatkan diri untuk melakukan perjalanan bersama para sahabat untuk bersosialisasi dan me-refresh diri. Untuk merealisasikan, kita dapat memanfaatkan promo atau penukaran poin agar mendapatkan penghematan. Dalam setiap perjalanan pasti kita akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru termasuk mengenai makanan. Dan meskipun kita selalu mengutamakan penghematan, seharusnya tidak lupa akan perlunya bersedekah.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 19 Oktober 2015

Lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya


Hampir lima tahun rute saya setiap hari melewati  jalan Brawijaya. Saya sebenarnya mengetahui bahwa dibalik jalan tersebut terdapat lapangan yang sangat luas. Hanya saja lapangan ini tak tampak dari jalan yang saya lewati karena tertutup tempat driving dan gedung olah raga lainnya. Terus terang saja, awalnya memang saya tak begitu peduli tentang keberadaannya. Sampai pada suatu hari saya harus ke sana untuk menemani anak saya melihat pameran HUT TNI AD (Hari Ulang Tahun - Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) . Dia suka melihat pameran perlengkapan perang. Di hari itu pengunjung juga diberi kesempatan memegang senjata dan naik tank. Selain itu juga ada atraksi terjun payung dan barisan tentara. Yang lebih membuat lebih meriah lagi adalah disediakannya makanan rombong gratis yang jumlahnya mungkin sekitar seratus. Rombong makanan terdiri dari macam-macam jenis, ada soto, bakso, dan lain-lain yang biasa dijajakan di wilayah Surabaya.




Gambar 1: Memegang Senjata




Gambar 2: Naik Tank                                                                           



Gambar 3: Terjun Payung




Gambar 4: Barisan Tentara



Gambar 5: Makanan Gratis




Kebetulan setelah momen itu saya ditanya oleh seorang teman: "apakah anak pertama sudah berangkat sekolah sendiri?" Saya bilang belum karena belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan juga belum bisa berkendara motor ataupun mobil. Lalu teman saya menanyakan: "kenapa tidak belajar?" Saya bilang pernah belajar motor di komplek perumahan tapi belum lancar karena banyak halangan. Dan saya ngeri kalau sampai menabrak mobil tetangga yang parkir di tepi jalan. Lalu teman saya menyarankan untuk belajar di lapangan Kodam. Katanya anaknya juga belajar setir mobil di sana dan sekarang sudah lancar. Akhirnya saya bawa ke dua anak saya untuk belajar berkendara motor dan mobil ke sana.

Perlu diketahui tempat ini jika malam hari juga selalu ramai karena ada pasar malam. Setahu saya di sana banyak pedagang kaki lima, kereta kelinci dan persewaan mobil-mobilan. Pada hari Senin sampai Sabtu biasanya siang hari sepi dari aktivitas pedagang, lapangan tampak sangat luas. Saat inilah banyak masyarakat untuk belajar berkendara sepeda, motor dan mobil. Ada juga yang berolah raga lari mengelilingi lapangan. Lain halnya hari Minggu pagi, pada pagi hari lapangan ini aktivitasnya seperti malam hari dihari biasa, ramai kaki lima dan berfungsi menjadi tempat rekreasi. Selain itu, lapangan ini sering dipakai acara konser musik. Jadi sedapat mungkin saat ada event menghidari jalan sekitarnya karena pasti padat bahkan macet.


Di tempat ini juga ada tempat-tempat yang biasa dipakai pengunjung berfoto. Salah satunya monumen berbentuk meriam. Intinya lapangan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para TNI tapi juga banyak dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Membawa anak-anak ke sana adalah salah satu cara untuk menambah wawasan dan juga menjadi sarana rekreasi tanpa harus menguras isi kantong.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 07 September 2015

Menu Masakan Dari Durian


Dulu saat saya masih anak-anak terasa mual jika mencium aroma buah durian. Jangankan untuk mencicipi, tercium samar-samar saja saya langsung menjauh. Jadi saat itu saya tak tahu persis bagaimana rasa buah yang beraroma menyengat tersebut. Tidak tahu kenapa pada awal kuliah teman-teman membeli buah durian dan ternyata saya tak terganggu sama aromanya dan bahkan mulai menyukainya. Akhirnya saya mencoba mencicipi buah yang susah di buka ini. Dan...saya langsung jatuh cinta.

Mulai saat itu saya sering membelinya terutama saat musimnya. Apalagi saya pernah tinggal di Semarang. Di sana saya bisa langsung ke tempat agrowisata durian. Seingat saya pada musim ini juga disertai musim rambutan. Jadi selama perjalanan menuju tempat agrowisata kami dapat menjumpai pohon-pohon rambutan yang berbuah merah. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya yang sebelumnya tinggal di daerah yang rambutan tak tumbuh. Selama perjalanan kami juga sering menjumpai penjual durian, rambutan dan petai. Tapi saya tak tahu persis apakah petai sedang musim atau selalu ada tiap saat. Pada tahun 2010 saya sempat menggambil gambar buah durian di pohonnya di sebuah agrowisata yang saya kunjungi.





Gambar 1: Pohon Buah Durian 

Mulanya saya hanya suka makan buah ini tanpa diolah. Sampai suatu saat suami dinas ke Medan membawakan oleh-oleh pancake. Dan lagi-lagi saya langsung amat suka. Hal ini terbawa sampai saat saya pindah lagi ke kota Surabaya. Untunglah ada teman yang memberikan referensi karena pada awal kepindahan saya suasana kota sudah berbeda dari 5 (lima) tahun sebelumnya, yaitu sebelum saya meninggalkannya. Waktu itu yang direferensikan adalah pancake yang dijual di sepanjang jalan Taman Apsari. Kemasannya per biji dan beku.

Lidah saya belum berubah. Seringkali menginginkan  untuk mengecap buah durian. Hingga suatu sore tak sengaja saya menonton tayangan televisi tentang sebuah resto yang semua menunya berbahan dasar durian. Pastinya saya tak ingin melewatkan tayangan tadi karena saya ingin sekali mencobanya. Akhirnya saya mendapatkan alamatnya, yang kebetulan di kota Surabaya.

Pada suatu Minggu saya berkesempatan mampir ke resto tersebut. Saat kami datang langsung disodori buku menu kemudian langsung bisa pesan di kasir dan melakukan pembayaran. Makanan akan datang setelah kami melakukan traksaksi. Jadi jika kami ingin menambah pesanan harus melakukan proses yang sama, padahal kadang harus mengantre lagi di kasir. Makanya jika mau menambah makanan atau minuman, lakukan transaksi sebelum makanan atau minumannya benar-benar habis. Siapa tahu di lain tempat kita menemukan sistem pemesanan yang sama, trik tersebut dapat diandalkan. Selain itu, ada aroma durian di saat-saat tertentu, sepertinya pada saat ada yang membuka  tempat penyimpanan durian. Kebetulan waktu itu saya duduk di dalam. Saya tak tahu apakah aroma tadi terasa sampai tempat duduk luar apa tidak. Buat saya sih..suka-suka saja sama aroma durian.






Gambar 2: Varian Minuman Dengan Bahan Durian





Gambar 3: Sambal Durian





Gambar 4: Pancake Durian




Singkat cerita, kami memesan otot goreng, otot goreng tepung, cumi hitam, semua disajikan dengan sambal durian. Untuk sambal tidak ada yang tanpa durian. Meskipun begitu, tidak tampak ada durian diuleg. Rasanya juga tetap seperti sambal. Kami juga memesan beberapa minuman dari durian dan pancake. Khusus pancake kami suka yang original (seperti yang biasa kami beli di Taman Apsari). Semuanya kami suka dan kepingin balik lagi. Dasar penyuka durian..


Urusan dapur dalam sebuah rumah tangga merupakan hal yang vital. Bayangkan saja apa yang akan terjadi tanpa adanya makanan dalam sebuah rumah. Referensi tentang makanan sangat dicari para pengemban tugas ini. Masakan dari bahan durian dapat dijadikan alternatif pilihan menu untuk keluarga.*) By: Yunie Sudiro.

Rabu, 19 Agustus 2015

Padasan



Mengawali aktivitas menulis sering saya lakukan setelah sejenak "googling" mencari tau topik yang serupa. Sekedar ingin tau apa yang pernah dialami dan dibahas oleh individu lain. Saya tak menyangka kata padasan ternyata masuk dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI) yang artinya tempayan yang diberi lubang pancuran (tempat air wudhu). Setau saya kata padasan hanya dikenal oleh orang-orang yang hidup di masa kecil saya dan tinggalnya tidak di kota besar di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Dan ternyata arti dalam kamus tadi persis seperti yang saya maksud. Akan tetapi apakah saat ini kebanyakan orang masih mengenal istilah ini?

Bangunan rumah saya mulai berumur 10 tahun. Beberapa bagian rumah sudah mulai butuh perhatian. Yang paling urgent adalah suara ngacir air yang tidak mau berhenti. Siapa sih yang mau tagiham PDAM membengkak sia-sia? Maka dengan percaya diri saya meminta tolong suami melepas shower yang menjadi sumber masalah tadi. Percaya diri bahwa tanpa harus ahlinya bisa melepasnya. Dengan perkasa suami memutar pangkal kran, dan...klek...lepaslah shower. Seharusnya kita senang bisa melepaskan, tapi ini malah kita merasa sedih karena ternyata lepasnya tidak tuntas, melainkan putus. Jadinya ada sebagian sisa pangkal shower yang tertinggal dalam saluran pipa. Kalau ini, mau tak mau harus diserahkan pada ahlinya alias tukang. Hanya saja tak mungkin saat itu juga kita mendapatkan tukang.
Awalnya bingung juga, PDAM dimatikan kita tidak bisa aktivitas, tidak dimatikan bekas shower airnya ngocor dan mengurangi tekanan air pada kran lainnya. Untungnya saya teringat masa kecil dimana lubang padasan ditutup kayu jika tak digunakan. Langsung saja kami mencoba mengaplikasikannya. Ternyata dengan rautan kayu saja tak cukup, supaya lebih rapat ujung kayu dililit plastik. Kalau yang bagian plastik ini terus terang saya lupa, yang ingat sang mantan pacar. Cara ini ampuh dalam mengatasi masalah kami yang keliatan remeh tapi berdampak cukup merepotkan.

Keesokan harinya saya mendapatkan tukang untuk memperbaiki kran. Karena sudah manggil tukang saya bermaksud melakukan pergantian dan perbaikan bagian lainnya, yaitu kran selain yang tadi, otomatis pompa air, nat keramik kamar mandi dan kebocoran pipa air sebelum meteran PDAM. Setelah pak tukang survey dan menyiapkan pekerjaannya, berpamitan sama saya untuk beli bahan. Sebelum berpamitan sempat memberitahukan jika kesorean dikerjakan besok pagi saja. Wah... kalau ini benar-benar terjadi, saya lebih repot lagi. Gimana tidak, lubang pipa sekarang malah nambah lagi. Makanya pak tukang saya wanti-wanti harus balik hari itu juga. Ehh...setelah ditunggu-tunggu gak datang, sampai gak bisa mandi. Baru setelah dicek kasih kabarnya ke suami dan sepakat pak tukang balik esok hari dimana yang diajak berunding gak tau kondisi rumah yang sudah ada 2 lubang pipa air yang siap membanjiri rumah jika PDAM dinyalakan. Lagi-lagi solusi kuno tadi kita aplikasikan sebagai penyelamat.

Di era sekarang, yang lebih modern dari saat masa kecil saya, banyak hal yang lebih dimudahkan. Pada saat ini kita sangat terbantu dengan kemajuan teknologi yang ada. Pekerjaan kita menjadi lebih mudah diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Hanya saja semua itu di saat tertentu bisa saja tak berjalan sebagai mana mestinya. Contoh: mesin cuci dan rice cooker tak bisa digunakan saat listrik mati. Jadi kita perlu memperkenalkan atau mewarisi cara-cara tradisional kepada anak-anak kita agar bisa survive apapun kondisi lingkungannya.*) by: Yunie Sudiro