Kamis, 15 September 2011

Proses Pindahan Sekolah




Informasi ini buat teman-teman yang mau memindahkan sekolah anaknya. Dan semoga prosedur yang saya utarakan belum berubah. Jaman sekarang pelajar mempunyai nomor induk yang berlaku secara nasional, artinya kemanapun anak tersebut pindah sekolah selagi masih di Indonesia mempunyai nomor tersebut sama. Nomor induk itu yang biasa kita kenal dengan sebutan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional). Sepengetahuan saya, karena itulah saat kita pindah harus mengurus pemindahan data yang melekat pada NISN.
Berdasarkan pengalaman yang saya alami, langkah awal enaknya kita mencari sekolah yang dituju dulu. Setelah ada pembicaraan dengan sekolah tujuan baru, kita minta pengantar pindah kepada sekolah lama. Surat keterangan pindah sekolah yang dibuat oleh sekolah lama harus dilegalisir oleh dinas pendidikan setempat. Jika pindahnya antar provinsi, pertama kita harus datang ke UPTD pendidikan kecamatan, berikutnya (kedua) kita ke dinas pendidikan kota, ketiga kita ke dinas pendidikan provinsi. Setiap tempat bisa selesai dengan sekali datang kecuali di dinas pendidikan kota. Pada proses ini kita mendapatkan stempel dan kode validasi.
Oh ya, berkas lengkap yang diperlukan saat pindah adalah raport asli dan surat keterangan pindah sekolah yang sudah dilegalisir sama dinas pendidikan setempat (seperti yang saya jelaskan sebelumnya). Untuk sekolah swasta yang pindah ke negeri harus terakreditasi A.
Setelah itu kita datang ke sekolah baru yang dituju. Di sekolah yang dituju kita akan diberikan surat keterangan diterima sebagai pengantar kita untuk pengurusan ke dinas pendidikan tujuan. Pengurusan ini kebalikan dari pengurusan di wilayah asal. Pelaporan dimulai dari dinas propinsi, selanjutnya kita datang ke dinas pendidikan kota, kemudian baru datang ke UPTD kecamatan. Seperti sebelumnya, proses di dinas kota harus ditinggal, beberapa hari kemudian baru bisa diambil. Langkah akhirnya adalah menyerahkan semua berkas asli kepada sekolah tujuan.
Semenjak itu anak-anak sudah resmi sebagai warga sekolah barunya. Anak-anak harus sudah mulai mengikuti aturan yang berlaku di sekolah tersebut. Untuk itu, lebih baiknya sebelum masuk sekolah mereka diajak datang ke sekolah sebagai awal beradaptasi.—by: Yunie Sudiro.

Jumat, 19 Agustus 2011

Memperkenalkan Sistem Reproduksi Manusia Pada Anak (Bagian 2)



“Ma, jam berapa ke toko bukunya??” Itulah celoteh Putra dan Putri di setiap akhir pekan. Mereka meminta jatah dibelikan buku. Salah satu buku yang tak pernah absen dibawa pulang adalah Doraemon. Seperti biasa, setelah dapat jatah mereka langsung minta pulang, gak perduli mamanya masih kepingin jalan, pokoknya harus pulang! Mereka sudah kebelet baca buku barunya.

“Kakak kalo sudah mulai ketiak sama pipisnya berbulu itu tanda-tanda mau dewasa...,” celetuk Putra. Kakaknya langsung merebut komik yang dibaca Putra. “Ini tentang pertumbuhan,” Putra masih berusaha menjelaskan. Ternyata komik yang dibacanya cukup membantu saya untuk memberi pengantar tentang pubertas, meskipun hanya membahas dari sisi perubahan fisik. Kan konsumsi anak-anak, mungkin itu memang sudah porsinya.

Putri semakin hari cemas karena teman-teman perempuannya semakin banyak yang sudah menstruasi. Dia kayaknya ngeri kalo itu terjadi pada dirinya. Perlu pembaca tahu, Putri itu paling takut sama yang namanya darah. Jika tubuhnya ada yang lecet sampai berdarah , dia teriak-teriak minta tolong dan gak mau lihat. Demikian juga pada saat dia mendapatkan menstruasi yang pertama. Putri teriak-teriak ketakutan. Padahal saya sudah selalu mengingatkan bahwa dia pasti akan segera mengalaminya. Dengan memberinya pengertian dan selalu mendampinginya, akhirnya Putri bisa melewati kepanikannya. Mendampingi di sini bukan berarti kita selalu ada secara fisik, tapi harus selalu ada pada saat dia butuh bicara dengan kita sebagai ibu.

Anak perempuan saya sudah mulai menginjak dewasa, minimal secara fisiologis. Saya menjadi khawatir karena saya yakin Putri belum paham tentang perubahan yang dia alami. Secara mental dan perilaku, dia itu masih anak-anak. Saya merasa berhutang sama Putri untuk menjelaskan masalah reproduksi. Saya ingin dia bisa menjaga dirinya sebagai seorang perempuan.

Kebetulan materi pelajaran IPA yang dipelajari Putri adalah masalah perkembangbiakan. Hal ini lebih memudahkan saya untuk menyisipkan petuah-petuah lama demi harga dirinya. Saya menjelaskan terjadinya menstruasi dan sistem reproduksi wanita. Selain itu, saya juga menjelaskan sistem reproduksi laki-laki. Saat itu Putri terlihat mengerti bahwa mempertemukan sperma dengan sel telur akan terjadi pembuahan.

Hari-hari selanjutnya Putri sudah tidak membahas masalah itu. Entah apa yang ada dalam benaknya, tahu-tahu suatu sore dia mendatangi saya dan membahasnya lagi. Dan terjadilah percakapan berikut:

Putri : “Ma, sperma itu diproduksi dimana?”
Saya : “Lho kakak kok lupa, kan kemarin mama sudah bilang ‘testis’”.
Putri : Oh iya....trus, gimana cara memasukkan sperma ke sel telur?”
Saya : ...(surprise saya mendengarnya....terpaksalah saya mengutarakannya lebih eksplisit)......Hmmm....dengan cara memasukkan penis ke dalam “itu” (saya dengan menunjuk ‘Miss V’ nya).
Putri : “Berarti mama dulu hamil karena digituin papa??”
Saya : “..Iya...”

Putri tampak puas dengan jawaban saya. Begitu ada kesempatan sayapun menyempurnakan jawaban tentang pertanyaannya dulu mengenai “diperkosa” serta menyinggung sedikit tentang pernikahan. Saya merasa lega mendapat kesempatan menjelaskan masalah tersebut daripada dia mendapatkan informasi yang salah. Harapan kami sebagai orang tua, hal ini bisa menjadi bekal Putri untuk menjaga dirinya.

Putri berlari menuju kamar adiknya. Di sana dia mengajak adiknya bercanda. Di sela-sela gurauan, Putri bermaksud memberitahu tentang apa yang dia tahu. “Tahu nggak gimana caranya mama hamil kamu??”, Untunglah saya menyusul ke kamar adiknya. Ssstt....saya mengingatkan Putri kalo adiknya belum saatnya untuk tahu :-)


By : Yunie Sudiro

Rabu, 27 Juli 2011

Memperkenalkan Sistem Reproduksi Manusia Pada Anak (Bagian 1)



Masih ingat kan kalo saya mempunyai dua penerus bangsa, yaitu "sang putri" dan "sang pangeran". Selanjutnya kita akan sebut mereka sebagai "putri" dan "putra". Banyak pengalaman yang saya dapat selama mengasuh dan membimbing mereka, yang mungkin juga dirasakan para pembaca. Melalui media ini saya hanya ingin berbagi, siapa tahu bisa saling melengkapi jika ada yang terlewatkan/terlupakan.

Menurut pengamatan saya, pertumbuhan fisik anak-anak jaman sekarang lebih cepat dibandingkan anak-anak pada jaman saya. Pada usia yang sama, postur mereka rata-rata lebih besar. Pasti ada yang menanyakan, ini datanya bersumber dari mana???...memang saya belum pernah melakukan penelitian secara ilmiah dan mengolah data realnya, hanya berdasarkan pengamatan saya terhadap putri dan teman-temannya. Sebagai contoh, teman sekelas putri pada saat kelas 3 sudah ada yang mengalami menstruasi. Saat kelas 4 ada beberapa orang mengalami hal yang sama dan pada kelas 5 jumlah yang mengalami menstruasi bertambah lagi. Mereka secara fisik terlihat besar dan pertumbuhan secara biologis juga lebih cepat. Hal ini jika dibandingkan pada masa saya cukup jauh berbeda dimana saya mendapatkan menstruasi pertama saat masih duduk dibangku SMP kelas 2. Demikian teman-teman sebaya saya, yang pada saat itu kebanyakan mendapatkannya saat usia SMP kelas 1 atau 2. Meskipun demikian, secara mental, mereka masih belum dewasa dan masih menunjukkan sifat anak-anak.

Bahagia sekali rasanya kita semua pada saat pertama kali menimang mereka. Kita senantiasa tak ingin melewatkan setiap langkah pertumbuhan mereka. Mulai bisa tengkurap, merangkak, duduk, berjalan, dst... Kadang kita tidak menyadari ternyata sudah saatnya mereka harus mulai tidak selalu disamping kita (lingkungan rumah). Awalnya mereka mulai masuk sekolah, dan hanya pergi meninggalkan rumah hanya untuk sekolah. Setelah mereka punya teman dan lingkungan, mereka mulai pergi keluar rumah tidak hanya untuk sekolah. Kita sebagai orang tua harus mulai memikirkan cara membimbing mereka agar bisa menjaga diri di luar lingkungan rumah.

Selain itu, arus informasi yang sangat deras dan terbuka pada saat ini sangat mempengaruhi pola pikir dan merangsang keingintahuan mereka. Saya ingat sekali, saat itu putri mulai duduk di kelas 5, tanpa basa basi dia mendatangi saya dan langsung bertanya : "Ma, diperkosa itu apa?!...." Terus terang, waktu itu saya bingung harus menjawab apa. Tapi saya berusaha menjawab sesuai porsinya. Saya bilang diperkosa itu dipaksa. Jadi saya katakan kalo ada orang yang memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang kita tidak mau itu namanya diperkosa. Sebenarnya putri masih belum puas dengan jawaban itu, tapi saya berhasil menghentikannya dengan jawaban itu. Berdasarkan pertanyaan itu, saya baru menyadari bahwa putri sudah mendekati masa pubertas. Saya berniat untuk menyiapkan mentalnya untuk menghadapi masa-masa itu.

Pada kasus lain putri sudah mulai menanyakan kenapa saya tidak sholat di saat-saat tertentu. Padahal sebelumnya dia tak memperdulikan. Berawal dari situ saya mulai menjelaskan perlahan-lahan masalah pubertas. Setelah itu dia mengenal istilah "berdarah" jika tahu kalo saya libur sholat ato puasa karena menstruasi. Saat itu pula itu Putri belajar mengetahui jika perempuan mau dewasa "alat pipis" nya mengeluarkan darah pada periode tertentu. Saya biarkan pola pikirnya seperti itu dulu, karena ini adalah baru step awal untuk bisa lebih lanjut memberikan pemahaman tentang masalah reproduksi. Jika saya memberikan penjelasan yang sebenarnya, Putri akan bingung karena memang belum saatnya ---

untuk step selanjutnya nantikan tulisan saya pada bagian 2 .....

by: yunie sudiro


Pengenalan sistem reproduksi 2
- Awal pubertas
- Cara menjaga diri
- Penjelasan detail

Kamis, 10 Februari 2011

Museum Kereta Api Ambarawa


Minggu yang cerah, langit tampak bersih dari noda mendung. Sang Putri dan Sang Pangeran sangat menikmati hari libur mereka. Semenjak bangun tidur sudah sibuk membaca dan main game. Merekapun terperanjat setelah melihat kami siap pergi meninggalkan rumah, padahal sebelumnya sudah diperingatkan untuk bersiap-siap. Mereka terlihat sangat antusias menemani nenek-kakek mereka ke Museum Kereta Ambarawa meskipun sudah pernah mengunjunginya beberapa waktu yang lalu.
Saya akan mengemukakan rute yang kami lalui, siapa tahu ada teman-teman pendatang yang masih bingung dengan jalur Semarang-Ambarawa. Saya memulai rute perjalanan dari bundaran Kali Banteng (dekat Bandara Ahmad Yani) masuk ke arah Jl. Abdurahman Saleh. Saya sangat menyukai rute ini karena terhindar dari macet dan sepanjang jalan dapat mencuci mata dengan pemandangan alam nan hijau. Oleh karena itu jalur ini sangat cocok dilalui di siang hari, kalau malam lebih baik melalui jalur kota yang ramai dan terang. Setelah masuk jalan ini, dengan kondisi jalan mendaki yang kontur tanah yang semakin naik kita mengikuti jalan utama sampai menuju arah perumahan Greenwood. Lepas dari perumahan ini kita dapat melihat hamparan hutan karet sejenak. Saat itu matahari mulai tak tampak, gerimis mulai jatuh di kaca mobil yang kami tumpangi. Padahal perjalanan baru sekitar 20 menit dari bundaran Kalibanteng yang tak ada tanda-tanda turun hujan. Jalur ini akan melintas di depan obyek wisata Ngrembel Asri, yang beberapa ratus meter lagi ada pertigaan pasar Gunungpati, kita harus belok ke kiri menuju arah Ungaran. Kita mengikuti jalan utama yang termasuk wilayah Gunungpati, sampai jalur ini habis dan ada tanda verboden, kita harus belok kiri mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Sebenarnya ada jalan yang lurus, tapi yang dari arah Gunungpati dilarang masuk karena jalur searah. Selanjutnya kita bertemu jalan antar kota arah Jogja/Solo, belok ke kanan mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Kita akan melewati kota Ungaran dan selanjutnya Bawen. Pada saat di Bawen, jalan terbagi dua yaitu lurus arah Solo dan ke kanan arah Jogja. Untuk ke Ambarawa kita pilih arah Jogja.
Sampailah kita di kota Ambarawa. Sang pangeran dan sang putri bersorak sorai karena sudah dekat tempat tujuan. Apalagi ketika melihat monumen tank dipertigaan depan museum Palagan Ambarawa. Kita tinggal belok ke kiri, tak lama kita sudah melihat petunjuk “Museum Kereta Api Ambarawa” yang terletak di sebelah kanan jalan. Sekitar jam 11 kita sampai, parkir sudah dapat di tempat agak jauh dari lokasi. Suasana stasiun sudah ramai, saya bergegas ke loket membeli tiket. Harga per tiket Rp 5.000,-. Dari awal kami berencana naik Lori Wisata Ambarawa - Tuntang. Terlihat para pengunjung sudah antri di depan loket, tak ketinggalan sang mantan pacar ikut berjuang mendapatkan tiket. Nasib mujur belum berpihak pada kami, antrian tinggal dua orang tiket habis dan loket ditutup. Akhirnya kami menunggu loket dibuka lagi untuk pemberangkatan berikutnya, yaitu jam 13.00. Sambil menunggu, waktu bisa dimanfaatkan dengan melihat-lihat isi museum, menikhmati jajanan-*yang paling bikin kangen adalah merasakan hangatnya minuman ronde; hmmmm...*, melihat-lihat souvenir yang dijual para pedagang, dan.....berfoto...cheeerss.....

Gambar 1 : Peron stasiun
Gambar 2 : Lokomotif kereta uap
Menjelang jam 12.00 para calon penumpang tampak mulai antre meski loket masih tertutup rapat. Akhirnya loket untuk tiket “E” dibuka. Karena kereta yang dimaksud adalah sama yaitu kereta wisata Lori, maka tiket tiap pemberangkatan ditandai dengan kode abjad. Oh ya, harga tiket ini adalah Rp 10.000 per orang.
“Bagi calon penumpang dengan tiket E harap bersiap-siap”, seru petugas.. Tiket “E”....kamipun beranjak ke tempat pemberangkatan. Ingat, tiket kereta tanpa tempat duduk, jadi kita harus pasang kuda-kuda untuk berebut tempat, he..he... Buat yang belum berpengalaman soal rebut-merebut di tempat duduk kereta kelas ekonomi, strategi awal: cari pintu yang berseberangan rel karena tidak dipakai pintu keluar penumpang sebelumnya. Yang ke dua: segera naik kereta begitu kereta berhenti dan langsung duduk ditempat yang diincar. Tepat jam 13.00 kereta berangkat menuju stasiun Tuntang. Sepanjang perjalanan kita disuguhi panorama Rawa Pening dengan udara yang begitu segar, jauh dari polusi. Begitu sampai stasiun Tuntang, kereta berhenti sejenak dan langsung balik ke stasiun Ambarawa lagi. Perjalanan pergi – pulang stasiun Ambarawa – Tuntang memakan waktu kira-kira satu jam.
Gambar 3 : Rawapening
Weekend telah berakhir. Tenaga harus dikerahkan kembali untuk menyambut aktivitas di hari Senin. Hampir lupa sang putri dan sang pangeran masih ada ulangan harian yang harus dihadapi. Mereka harus mengulang materi ulangan walau dengan berat hati.... “Ma, tolong tanya : penyerahan kekuasaan di Indonesia dari Belanda kepada Inggris ditandai dengan perjanjian apa ....? Saya membantu menjawab soal tersebut hanya dengan mengingatkan kalau tadi kita dari sana. Dan sang putri langsung bisa menjawabnya, yaitu perjanjian Tuntang. ... ...
By: Yunie Sudiro.

Senin, 31 Mei 2010

Trans Semarang

“Ma.., kapan naik busway?”, tanya anak saya pada suatu hari. Busway yang dimaksud adalah BRT (Bus Rapid Transport) yang ada di Semarang alias Trans Semarang. Dia selalu teringat akan hal itu setiap kali melewati shelter. Sudah setahun kehadiran alat transportasi ini di kota Semarang, tapi kami belum sempat mencobanya. Karenanya saya ingin segera mengajaknya untuk naik bis tersebut. Kebetulan keesokan harinya adalah hari libur nasional, tanggal 28 Mei 2010.



Gambar 1: Trans Semarang

Matahari mulai terbit, kami sekeluarga mulai menyiapkan diri untuk pergi sekedar berkeliling dalam kota Semarang naik Trans Semarang. Dari rumah kami mengendarai mobil sampai mall Ciputra-Simpang Lima. Waktu itu masih jam 09.30 WIB, tapi sudah mulai ada aktivitas di lingkungan mall. Suasana parkir masih lengang, hanya ada beberapa mobil yang sudah parkir. Dengan mudahnya kami mendapatkan tempat parkir, padahal biasanya agak siang sedikit mencari parkir di mall daerah Simpang Lima amat susah.

Kami berjalan menyusuri trotoar depan mall. Tepat depan antara mall Ciputra dan hotel Ciputra terdapat shelter BRT. Di pintu masuk kita dapat melihat daftar shelter dimana BRT akan berhenti. Saat itu kami memutuskan untuk mencoba berkeliling dengan rute Simpang Lima-Terminal Penggaron.



Gambar 2: Salah Satu Shelter BRT

Adapun daftar shelter yang disinggahi oleh BRT berdasarkan pengumuman yang ada di shelter Simpang Lima adalah sebagai berikut:


Gambar 3: Daftar Shelter BRT

Sebelum duduk di tempat tunggu yang telah disediakan kami harus membeli tiket. Tiket BRT seharga Rp 3.500 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar. Bagi yang membawa anak-anak akan ditanya petugas, apakah anaknya duduk sendiri atau dipangku. Jika duduk sendiri akan dikenakan tarif yang sama.



Gambar 4 : Tiket

Ada beberapa calon penumpang sudah menunggu di sana. Setelah mendapatkan tiket kami ikut bergabung dengan mereka. Tak berapa lama datang satu unit BRT, tapi tujuannya ke terminal Mangkang, bukan terminal Penggaron. Saat itu petugas menginformasikan BRT dengan tujuan terminal Penggaron datang setelah itu. Baru saja petugas mengakhiri ucapannya, tampak datang BRT yang dimaksud.

Dengan semangat kami memasuki pintu bis. Di dalam sudah banyak penumpang. Meskipun begitu masih ada tempat duduk untuk kami. Sejuk yang terasa oleh saya saat masuk ke dalamnya. Saya berusaha mengamati suasana dalam bis. Saya memberi nilai A plus untuk alat transportasi ini. Bis tampak bersih, AC berfungsi dengan baik dan pelayanan yang baik. Saya sempat berfikir, jika suatu saat saya sedang malas nyetir dan kesiangan pergi ke mall daerah Simpang Lima (takut susah dapat parkir) saya bisa memanfaatkan BRT. Intinya --- bisa di ulang, tidak jera.....----



Gambar 4: Suasana Di dalam Bis Jurusan Terminal Penggaron

Semua penumpang terlihat sangat menikmati perjalanan. Shelter demi shelter bis berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Sampai pada akhirnya bis berhenti di terminal Penggaron. Kami langsung menuju bangunan shelter yang tersedia. Kami berniat langsung kembali lagi ke shelter semula saat berangkat, yaitu simpang lima. Tampak BRT jurusan Mangkang sudah menunggu calon penumpang. Kami bergegas membeli tiket dan langsung masuk ke dalam bis. Tak berapa lama kemudian bis sudah melaju. Para penumpang jurusan ini juga tampak menikhmati perjalanan. Perjalanan begitu lancar dan kami tiba di shelter Simpang Lima lagi.



Gambar 5: Suasana Di dalam Bis Jurusan Terminal Mangkang

Calon penumpang di shelter tersebut tampak lebih ramai dari pagi sebelumnya. Kami segera meninggalkan shelter dan menuju ke mall Ciputra. Seperti biasa, saya menyempatkan diri untuk window shopping..... Semoga belum ada barang yang cocok..., biar tidak boros...he..he.. Sayangnya, saya tergoda untuk membeli sebuah clutch ...


Memperkenalkan lingkungan pada anak merupakan salah satu tugas kita sebagai orang tua. Membawa anak-anak kita keluar rumah dan mengajaknya berkeliling mengendarai angkutan umum merupakan bagian dari cara kita memperkenalkan lingkungan. Selain itu, dengan mengetahui adanya angkutan umum yang memadai dapat dijadikan alternatif trasportasi keluarga yang lebih hemat daripada kendaraan pribadi.*) By: Yunie Sudiro.

Sabtu, 29 Mei 2010

The Broken Violin part II

Malam telah larut, kami tak sabar menunggu hari esok. Berbagai spekulasi kami munculkan. Mulai dari harapan optimistis sampai yang pesimistis. Namun kami harus dapat meredam perasaan yang telah berkecamuk, .....................................................................hingga pagi tiba.

Sang putri sudah terlihat lebih tegar setelah bangkit dari tempat tidurnya. Sang putri sudah mulai bisa tersenyum menyambut rutinitas. Meski masih saja menanyakan kapan benda kesayangannya akan dibawa ke toko untuk diperbaiki. Saya dan suami telah menyanggupinya hari itu akan ditanyakan ke toko.

Detik demi detik berlalu, jam menunjukkan pukul 10.00. Kami sudah parkir di depan toko. Bergegas kami membawa benda kesayangan sang putri ke dalam toko. Tanpa banyak basa-basi saya langsung mengemukaan permasalahan kami pada pegawai toko. Eh.....tanpa dinyana, tanpa disangka, ternyata sebab dari kekacauan biola adalah patahnya kayu kecil pengait antara tempat senar dan body nya.
Maklum, sebelumnya kami sekeluarga tidak pernah pegang biola... Karena itu, penyelesaiannya hanya mengganti kayu kecil tersebut. Cuma herannya para pegawai toko di sana adalah kepatahan yang terjadi. Karena selama ini belum ada yang mengalami "patah", tapi lepas. Apalagi umur biola baru 1 (satu) minggu. Menurut analisa mereka ada 2 (dua) kemungkinan :
(1) Saat menaruh pada tempatnya tidak pas sehingga tertekan di dalam tasnya, dan akhirnya patah
(2) Saat menaruh pada tempatnya tidak memegang body biola tapi tempat senarnya. Analisa ini sangat membantu kami untuk lebih tahu tentang perlakuan sebuah biola.

Tidak begitu lama kami menunggunya. Hanya sekitar 30 menit biola sudah seperti sediakala. Di samping itu biayanya juga sangat murah untuk ukuran umum.

Tak terasa hari sudah sore. Waktunya saya menjemput sang putri di sekolah. Wajah sang putri begitu riang saat keluar dari pagar sekolah. Mungkin dia merasa lega karena pelajaran telah usai. Tanpa kata dia duduk di jok depan. Dan tanpa dia sadari telah bertengger sebuah biola di jok belakang. Saya langsung mengejutkannya dengan menyuruhnya menoleh ke belakang. "Biolanya bisa diperbaiki, Ma?" sahut sang putri kepada saya. Wajah dengan senyumnya tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Sesampainya di rumah, sang putri langsung memeriksa barang kesayangannya. Dan tak lupa memainkannya. Kali ini sudah tidak terdengar ngiikk...ngiik.. lagi. Yang tertangkap telinga saya adalah, do.., re..., mi..., fa..., sol..., la...., si.... Setelah kejadian itu, sang putri minta biolanya ditaruh jauh dari jangkauan anak-anak. Dia sendiri kalau mengambil harus naik ke atas kursi.

Dan les berikutnya sang putri sudah dapat membawa biolanya kembali. Dia sudah mulai belajar Twinkle-Twinkle Little Star, Lightly Row dan Ibu Kita Kartini. Semoga dia akan terus bersemangat latihan untuk lagu-lagu lainnya yang lebih kompleks.

By: Yunie Sudiro

Sabtu, 08 Mei 2010

Pendidikan dan Ibu Rumah Tangga


Pada kondisi modern seperti sekarang, gejala kanca wingking pun menggejala. Bedanya, pada era kartini kondisi itu diciptakan pihak luar (suami), pada era modern justru wanitalah yang lebih memosisikan diri menjadi kanca wingking. (suara merdeka, hal 19 tanggal 21 april 2010).

Pernyataan tersebut membuat penulis tergelitik untuk membahasnya lebih lanjut. Sebelumnya saya akan mencoba mengartikan maksud dari kanca wingking. Menurut saya yang dimaksud kanca wiking adalah bukan teman sejajar, yang dianggap hanya sebagai pelengkap dan berperan hanya di belakang layar. Karena hanya pelengkap, yang dikerjakan juga tidak menyangkut hal-hal yang proritas di dalam suatu rumah tangga. Selain itu juga tidak selalu dilibatkannya dalam mengambil keputusan-keputusan penting di dalam rumah tangga tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa wanita disebut kanca wingking karena tidak berkesempatan untuk engekspresikan diri dan atau berpartisipasi di masyarakat. Pada akhirnya mereka menikah dan berdiri di balik keberadaan laki-laki.

Saat ini ada 2 (dua) status pekerjaan bagi wanita, yaitu wanita pekerja dan Ibu Rumah Tangga. Meskipun sebenarnya setiap wanita yang berkeluarga juga harus mengemban tugas sebagai Ibu Rumah Tangga. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga bagi wanita yang bukan kanca wiking harusnya bisa mengatur rumah tangga dengan baik karena suami lebih focus pada perolehan nafkah. Mengatur rumah tangga bukan berarti secara keseluruhan harus dikerjakan sendiri. Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan pemikiran masih bisa dialihkan kepada pekerja rumah tangga. Hal ini dimaksudkan supaya ibu rumah tangga lebih mengutamakan pada hal-hal konseptual dan jika memungkinkan masih bisa berkarya walaupun tidak di luar rumah.

Terbentuknya suatu keluarga merupakan terbentuknya suatu organisasi. Dimana organisasi tersebut mempunyai tujuan yang dituangkan dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Pembagian dan stadarisasi pencapaiannya tergantung dari kesepakatan para pelaku organisasi, yaitu para anggota keluarga. Meskipun biasanya pembagian pekerjaan dan tanggung jawab ini berdasarkan teori yang diajarkan semenjak kita di sekolah dasar. Di sana selalu diajarkan bahwa tugas utama ibu adalah mengurus rumah dan tugas utama bapak adalah mencari nafkah. Menurut saya mengurus rumah di sini adalah mulai dari pengelolahan keuangan, pengaturan pembelanjaan, operasional rumah, mengurus anak, sampai mengurus suami. Dengan begitu terlihat bahwa suami dan istri merupakan suatu partner, tidak ada yang di depan atau di belakang. Masing-masing akan mempunyai peran penting dalam kelangsungan suatu rumah tangga.

Begitu banyak tanggung jawab yang diemban seorang ibu rumah tangga. Dari sisi keuangan harus membuat anggaran dan mengevaluasinya. Operasional rumah dapat meliputi penyediaan makanan, kebersihan rumah dan menyiapkan perlengkapan pendukung harian. Mengurus anak meliputi pertumbuhan, kesehatan dan pendidikannya. Mengurus suami adalah peran wanita sebagai pendamping termasuk menyumbangkan pikiran bila diperlukan. Mereka pasti dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik jika didukung pengetahuan yang memadai. Untuk itu tingkat pendidikan seorang ibu rumah tangga dapat mempengaruhi setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan tugasnya. Semakin mampu seorang ibu rumah tangga dalam melaksanakan tugasnya, perannya semakin diakui. Hal ini dapat menghindarkan wanita dianggap sebagai kanca wingking. Ironisnya menurut tulisan saudari Siti Muyassarotul Hafizoh (suara merdeka, hal 19 tanggal 21 april 2010) masih ada 70% wanita yang buta huruf.

Pada masa sekarang banyak saya jumpai mulai banyak wanita yang telah keluar dari pekerjaan di luar rumah setelah mempunyai momongan atau karena sebab lain. Dan banyak juga yang memulai aktivitasnya kembali setelah mereka anggap perlu. Di era sekarang, wanita dengan pengetahuannya semakin mengerti akan posisinya sebagai ibu rumah tangga. walaupun kenyataannya ada juga yang masih belum memahaminya. Jika semua para wanita Indonesia menyadari akan pentingnya ilmu pengetahuan baginya, maka perannya sangat dapat membantu untuk menjaga kualitas anak bangsa yang akan menjadi penerus bangsa ini.


By: Yunie Sudiro.