Jumat, 22 Maret 2019

Cara Mengurus Perpanjangan STNK Di Samsat Surabaya Selatan



Setiap keluarga dalam menyelesaikan segala pekerjaan rumah tangga pasti menginginkan dapat dilakukan dengan praktis dan cepat. Kepraktisan ini dapat meliputi dengan menggunakan cara-cara yang lebih sederhana. Sedangkan lebih cepat dapat dilakukan dengan mencari tahu proses yang belum diketahui sebelum melakukannnya.  Hal ini diharapkan tidak menghabiskan waktu dan terhindar dari kesalahan saat melakukan pekerjaan tersebut. Kita telah mengetahui bahwa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam rumah tangga dan membayar pajak kendaraan bermotor adalah salah satunya.

     Sebagai pengingat, bahwa setiap 5 tahun pemilik kendaraan bermotor harus melakukan perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) selain membayar pajak. Terutama buat teman-teman yg belum biasa mengurusi administrasi sendiri, mungkin selama ini hanya tinggal pakai saja. Info untuk kelompok terakhir ini, bahwa tiap tahun kita harus membayar pajak kendaraan bermotor kita. Untuk pembayarannya tidak harus di kantor samsat, tapi bisa dilakukan di samsat keliling dan samsat corner yang biasanya di mall- mall. Khusus untuk perpanjangan setiap kelipatan tahun ke 5 harus dilakukan di kantor samsat. Selain itu, perlu diperhatikan kapan tanggal tepatnya masa berlaku STNK, karena kalau kita telat sehari saja akan dikenakan biaya denda. Lebih baik lagi jika kita melakukan perpanjangan lebih awal dari tanggal expired

Saat memasuki halaman samsat, langsung disambut petugas parkir dipintu loket parkir. Petugas akan bertanya mau parkir apa cek fisik, jika kita memang mau perpanjangan STNK berarti cek fisik. Itulah sebabnya kenapa kita harus ke kantor samsat. Pengunjung yang datang tidak semua cek fisik, makanya petugas parkir akan bertanya karena untuk mengarahkan harus parkir di mana.

Setelah selesai urusan parkir, sekarang langsung ke tempat fotocopy untuk mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Syarat perpanjangan, dokumen yang harus kita bawa meliputi: BPKB asli, KTP asli, STNK asli dan beserta copy- annya. Sebenarnya teman-teman bisa memfotocopy di luar, cuman saran saya di lokasi saja karena petugas fotocopy lebih mengetahui detailnya. Bilang saja keperluannya buat apa, nanti langsung disiapkan, sampai tersusun rapi di map.

Selanjutnya saya menuju loket pengambilan formulir yang tertulis “LAYANAN FORMULIR”. Dengan menyerahkan dokumen yang kita bawa, petugas akan memberikan 1 bendel formulir. Di sekitar tempat ini baru saya bisa melihat pengumuman jam pelayanan. Berikut adalah detail pengumuman jam pelayanan. Siapa tahu teman-teman ada yang membutuhkannya.

Jam Pelayanan Samsat Surabaya Selatan:
Senin - kamis : 08.00 - 13.00 wib 
Jum’at         : 08.00 - 11.00 wib
Sabtu        : 08.00 - 12.00 wib

Formulir sudah di tangan. Di samping loket tersedia meja untuk mengisi formulir tersebut. Hanya saja tidak tersedia penanya. Untungnya di sekitar loket tersedia tempat fotocopy yang menyediakan penjualan ATK (Alat Tulis Kantor). 

Formulir yang sudah terisi kita bawa ke “MEJA CEK FISIK”. Formulir kita berikan ke petugas. Dan kita diarahkan untuk menggesek nomor rangka mesin. Kita tak perlu khawatir karena ada petugas lapangan yang siap melakukan penggesekan ini. Nomor rangka sudah berhasil digesek di kertas oleh petugas. Sebelum melanjutkan proses lebih lanjut, kita wajib memindahkan kendaraan kita dari area cek fisik.

“LAYANAN CEK FISIK” itulah tulisan yang tertera di loket. Semua berkas ditambah hasil gesekan kita serahkan ke petugas untuk dicek. Di sini petugas memastikan apakah kita yang bersangkutan atau bukan. Jika memang mewakili mending membawa surat kuasa saja, dari pada harus balik. Kita menunggu beberapa saat, setelah pengecekan selesai petugas mengembalikan berkas ke kita. Sampai proses ini, semua dilakukan di luar gedung. Jadi hendaknya mempersiapkan diri untuk kepanasan dan berkeringat.

Selanjutnya melakukan urusan pembayaran yang loketnya berada di dalam gedung ber AC (Air Conditioner). Jadi kita tak perlu lagi berpanas-panasan. Pertama-tama kita cari loket “PERPANJANGAN 5 TAHUN”. Loket ini dikategorikan loket 1. Kita serahkan berkas kita dan petugas akan menukarnya dengan nomor antrian kasir. Dari situ akan tahu kita harus mengantre di kasir berapa dan urutan ke berapa. Beberapa saat saya  menunggu, dan akhirnya dipanggil ke kasir. Setelah membayar, kasir menyerahkan bukti bayar pajak kita yang biasanya warna coklat seukuran STNK. Jangan lupa untuk mengecek data-datanya karena di sana terdapat pengumuman bahwa setelah meninggalkan kasir samsat tidak bertanggung jawab atas kesalahan data kendaraan.

Bukti pembayaran pajak sudah di tangan, tapi STNK belum. Kita Harus mengantre lagi di loket sebelahnya. Antrean di sini tidak sepanjang antrean kasir. Hanya beberapa pengunjung saja yang terlihat duduk depan loket ini. Begitu selesai di cetak, kita dipanggil untuk mendapatkan STNK baru kita. Hal ini bisa kita cek pada periode berlakunya, yaitu sampai 5 tahun mendatang, misalkan saja jika mengurus tahun 2019 akan tertera: BERLAKU SAMPAI: 05-02-2024. Kita diminta menandatangi log book sebagai bukti STNK sudah diserahkan petugas.

Yang perlu diperhatikan bahwa setelah proses diatas kita jangan langsung pulang karena masih tersisa satu langkah lagi yang harus diselesaikan, yaitu mencetak plat nomor kendaraan. Ini bisa terjadi karena petugas yang menyerahkan STNK tak memberitahunya, mungkin dianggap yang bersangkutan sudah pasti tahu. Selain itu, letak pembuatan plat nomor di luar gedung, paling pojok dekat parkiran tempat gesek nomor rangka mesin. Pada loket ini kita tinggal memperlihatkan STNK dan bukti bayar pajak, petugas langsung membuatkan plat nomor baru. Nomor baru bisa berubah atau tetap sama seperti sebelumnya. Bisa dibilang sebentar pembuatannya, setelahnya langsung diserahkan ke kita dengan bukti menstempel tanda “ PLAT SUDAH DIAMBIL” di STNK kita. 


Untuk mempercepat dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan dengan mempelajari terlebih dahulu proses yang akan dikerjakan. Seperti halnya untuk memperpanjang STNK, proses di atas dapat dijadikan referensi. *) By: Yunie Sudiro.

Senin, 21 November 2016

Perpanjangan SIM (Surat Izin Mengemudi) di SIM Corner PTC (Pakuwon Trade Center) Surabaya 2016



Semua hal yang lebih praktis dan lebih cepat biasanya dapat mengurangi biaya yang timbul. Demikian juga dengan biaya yang berkenaan dengan pengurusan SIM. Jika kita dapat mengurusnya di lokasi yang lebih dekat dan mengetahui proses pengurusan lebih awal akan dapat menghemat biaya yang tidak perlu. Berikut adalah pengalaman saya mengurus perpanjangan SIM di SIM Corner PTC.

Setiap menjelang  hari ulang tahun saya selalu mengecek expired date antara KTP dan SIM. Jadi saya tahu di tahun ini SIM A saya mati, dan memang sudah berencana memperpanjangnya persis di hari ulang tahun. Pengalaman sebelumnya pernah mengantar suami memperpanjang sekitar 1 (satu) minggu sebelumnya dan ternyata masa berlaku SIM yang baru cuma 4 tahun bukan 5 tahun. Daripada rugi setahun, perpanjangan dilakukan saat hari terakhir berlaku saja. Berakhirnya masa berlaku SIM biasanya bertepatan dengan hari ulang tahun kita. Kebetulan masa berlaku terakhir SIM saya adalah hari minggu. Untunglah saat ini perpanjangan bisa dilakukan di SIM corner yang ada di mall atau SIM keliling. Karena hari minggu tempat yang paling bisa diandalkan adalah mall. Meskipun begitu bukan berarti jam tutupnya selalu mengikuti jam operasional mall. Kali ini saya melakukan perpanjangan di SIM corner PTC  Surabaya. Hari minggu hanya sampai jam 19.00 Wib.

Berbekal pengalaman mengantar pengurusan perpanjangan di SIM keliling taman bungkul Surabaya pada tanggal 4 april 2016, saya hanya membawa SIM asli, KTP asli dan fotokopinya. Ternyata setelah sampai loket syarat yang saya bawa masih kurang lengkap. 

Syarat yang harus dibawa adalah 
  • SIM asli dan fotokopinya, 
  • KTP asli dan fotokopinya serta surat keterangan dokter

Ingat SIM dan KTP harus masih berlaku. SIM yang mati sehari saja sudah tak bisa diperpanjang. Aturan yang baru kita harus mengurus SIM baru.

Waktu itu syarat yang kurang saya bawa adalah foto copi SIM dan surat keterangan dokter. Bisa dibayangkan hari minggu untuk mendapatkan tempat parkir saja sudah susah sekali. Pastilah kita sedapat mungkin tak keluar mall supaya tak sengsara lagi mencari tempat parkir. Kebetulan ada yang bisa bantu fotokopi di PTC, hanya saja saya belum mendapatkan surat keterangan dokter. Sebenarnya ada klinik dokter umum di lantai yang sama, cuma pada hari minggu tutup. Akhirnya terpaksa saya keluar parkir menuju National Hospital karena setahu saya rumah sakit ini yang paling dekat di wilayah itu. Biaya untuk mendapat surat keterangan dokter di rumah sakit ini Rp 150.000.

Persyaratan saya sudah lengkap saya siap kembali ke counter. Setelah diperiksa petugas dan dinyatakan lengkap syarat-syaratnya baru diminta membayar biaya perpanjangan yaitu sebesar Rp 80.000. Baru kemudian diberikan form untuk kita isi. Waktu itu tak ada antrean. Hanya saja petugas foto ke toilet sehingga saya harus menunggu beberapa saat. Begitu petugas siap saya langsung dipanggil untuk foto. Kemudian langsung dicetak. Jadilah SIM A saya yang baru dan berlaku sampai 5 tahun mendatang, yaitu tahun 2021. 


Kita semua pasti mengetahui bahwa biaya pengurusan SIM baru lebih mahal dari biaya perpanjangan. Dengan mempelajari proses sebelum bertindak diharapkan kita bisa mengeliminasi biaya yang tak perlu terjadi.*)By: Yunie sudiro.

Jumat, 20 November 2015

MRT dan River Side Singapore


Dalam sebuah perjalanan dapat memberikan banyak hal pembelajaran yang kadang kita tak menyadarinya. Alangkah senangnya jika kita dapat diberikan kesempatan untuk melakukan banyak perjalanan. Hanya saja kita biasanya terbatas pada urusan anggaran. Berikut adalah salah satu pengalaman saya yang dapat dipakai acuan bepergian dengan budget pas-pasan.


Senin, 20 Juli 2015
Persiapan awal adalah mengecek masa berlaku paspor. kemudian baru kita hunting tiket dan hotel. Waktu itu kami memanfaatkan aplikasi travel online. Sesuai jadwal dan budget yang kami inginkan, pilihan jatuh pada maskapai Jets***. Dan tiket pulang pergi pun sudah di tangan. Kami akan menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam di sana. Rencana berangkat hari selasa dan kembali di hari Jumat. Saat itu Jadwal berangkat selasa, 21 Juli 2015 dari Surabaya (SUB) jam 13;15 dan kedatangan di Singapore (SIN) jam 16.30. Kami juga sudah eksekusi 2 kamar di Frag***** Hotel untuk tanggal 21-24. Selain itu kami juga sudah membeli tiket Universal Studio Singapore (USS) di counter jets*** Grandcity Surabaya. Oh ya, tak lupa juga menukar uang rupiah ke dolar Singapore di money changer.

Seperti pada umumnya, malam sebelum keberangkatan kami packing. Bawaan harus seringkas mungkin dengan mengedepankan skala prioritas. Jangan sampai di perjalanan kita tak menikmati liburan malah sibuk mengurus barang bawaan. Bepergian yang sedikit berpetualang juga membutuhkan kekuatan fisik, jadi barang bawaan yang berat dapat membuat repot dan menambah kelelahan. Apalagi kalau pulang ada tambahan belanjaan,..bagasi harus benar-benar diperhitungkan. Jangan lupa juga untuk tidak membawa cairan berukuran besar ke kabin pesawat, misalnya: air mineral, body lotion, shampo.


Selasa, 21 juli 2015
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu. kami akan berangkat ke bandara sekitar jam 10. 30. Pagi hari kami mengawali hari dengan mengantre kamar mandi. Eh,, tiba-tiba sekitar jam 08.30 ada SMS (Short Message Service)  dari maskapai bahwa pesawat delay. kebetulan waktu itu, beberapa hari sebelumnya bandara Juanda sering buka tutup karena erupsi gunung Raung. kami masih optimis meski delay hari ini tetap berangkat karena bandara Juanda buka. Masih dengan rasa berharap, sekitar 2 (dua) jam setelahnya pihak maskapai memberi kabar bahwa pesawat kita cancel. huaa..huaa..kecewa berat ,,. Dengan sigap saat itu juga saya dan suami buka komputer dan cari tiket pengganti. Tapi sayang adanya cuman malam itupun transit Jakarta lanjut perjalanan esok hari di penerbangan pertama. Apa boleh buat pencarian lansung tertuju untuk tanggal 22, meski harus menghanguskan 2 kamar hotel semalam. Dan.... kami mendapatkan yang sesuai, yaitu Gar*** Indonesia dengan transit Jakarta.

Lega sudah perasaan kami walaupun ada rasa kecewa yang tersisa. Paling tidak kami tidak menghanguskan semua persiapan di Singapore yang sudah terbayar. Saat itu juga kami melepas rasa tegang dengan makan siang penyetan. Padahan beberapa hari sebelumnya kami semua pantang makan sambal karena takut saat liburan sakit perut.


Rabu, 22 juli 2015
Tiket keberangkatan terjadwal jam 07.50 dari Surabaya (SUB) - Jakarta (CGK) 09.25, transit berangkat dari Jakarta (CGK) 11.30 - Singapore (SIN) 14.20. Jam 05.00 pagi kami mulai pesan taxi untuk ke bandara. Travel bag langsung kami bawa tanpa membongkar lagi. Perjalanan ke bandara sangat lancar. Kamipun landing di bandara Changi Singapore dengan selamat dan sesuai jadwal.

Perpetualangan dimulai. Secara berurutan: turun pesawat, melewati pemeriksaan, mengisi form imigrasi, melalui gate imigrasi, lalu mengambil bagasi. Setelah itu kami membeli The Singapore Tourist Past. Kartu ini bisa digunakan untuk naik bis, MRT dan LRT train unlimited selama masa berlaku. Harga dari tourist past sudah termasuk $10 sebagai deposit kartu. Pada saat masa berlaku habis, kita bisa mengembalikan kartu dengan mendapatkan $10 tersebut. Pengembalian kartu bisa dilakukan di Changi Airport. Pengembilan kartu hanya bisa dilakukan selama 5 hari setelah pembelian. Pada waktu itu daftar harga The Singapore Tourist Past termasuk deposit adalah sbb: untuk 1 hari $20, untuk 2 hari $26, untuk 3 hari $30. Pembayaran bisa tunai dan kartu kredit. Setelah melakukan pembayaran kita mendapatkan kartu dan panduan termasuk peta MRT.






      Gambar 1: Antre Beli Tourist Past




















Gambar 2: Peta MRT



Kartu tourist past langsung dapat dipergunakan. Tap kartu, dan portal pintu masuk terbuka. Jangan lupa memperhatikan antrean. Petunjuk antrean tergambar di lantai. Selain itu kita juga harus selalu memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya: di dalam MRT kita dilarang makan dan minum. Aturan ini bisa dilihat pada petunjuk-petunjuk yang ada (gambar 3). Untuk yang belum pernah ke Singapore tak perlu khawatir nyasar. Di negara ini sangat friendly, banyak petunjuk. Petunjuknya ada yang bahasa Inggris dan bahasa Melayu.

























Gambar 3: Aturan di dalam MRT























Gambar 4: Suasana di MRT




Frag***** hotel - Riverside terletak di Hongkong Street 20. Keluar dari stasiun terdekat adalah sebuah mall. Untuk ke hotel harus menyeberang jalan raya. Penyeberangan ada 2 jalan, bisa langsung melalui jalan raya dengan menunggu lampu merah atau lewat atas. Untuk lewat atas tak perlu khawatir capek karena selain tangga tersedia juga eskalator. Setelah turun penyeberangan kita berjalan ke kanan menyusuri trotoar. Perhatikan sisi kiri jalan. Jalan yang ke -2 (semoga tidak salah ingat) kita masuk. Menyisiri sebelah kiri jalan, sekitar 100 meter kita sudah menemukannya. Situasi hotel ini seperti hotel budget kalau di Indonesia, tak luas tapi bersih dan rapi. Pegawainya tidak banyak dan masih muda-muda. Mereka juga bisa berbahasa Indonesia.

Setelah check in, kami langsung ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap menjelajah sekitar. Area jelajah pertama adalah mall dekat hotel, tempat pertama kali kami turun MRT. Hari mulai gelap, anak-anak sudah teriak lapar.. Jadi kami saat itu langsung hunting tempat makan. Kami mencoba menelusuri setiap counter makanan. Sekitar 10 buah sudah kita lirik, tapi semua ada menu pok nya. Karena sudah pada kelaparan, akhirnya kami cari makanan yang bukan khas sana. Pilihan jatuh pada restoran burger. Ehh...akhirnya makannya sama kayak di Indo..bedanya, harga lebih mahal kalau dirupiahkan..he..he...


Perut sudah kenyang. Tenaga sudah kembali maksimal. kami menyelusuri mall. Ternyata pintu sisi lainnya adalah river side. Di sepanjang pinggir sungai terdapat tempat makan dan kafe. Kita juga bisa membeli tiket perahu. Tiket ada 2 pilihan, saya menyebutnya paket 1 (lebih murah ) dan 2 (lebih mahal). Yang lebih murah hanya naik perahu. Yang lebih mahal naik perahu lebih jauh dan berhenti sebentar di tempat tertentu sambil menikmati minuman secara cuma-cuma. Dengan alasan pemerataan distribusi budget, saya putuskan yang murah saja. Lagi-lagi harus mengantre. Di sana tersedia bangku untuk menunggu. Sambil menikhmati pemandangan sungai, tak terasa giliran naik perahu tiba. Buat kami, paket 1 (satu) sudah cukup. Perahu menyelusuri sepanjang sungai dengan view tempat-tempat yang menjadi pusat perhatian.






















Gambar 5: Dermaga























Gambar 6 : Suasana di Perahu
























Gambar 7:  View Sepanjang Sungai



Selesai sudah berkeliling naik perahu. Kami turun di tempat semula. Banyak hal yang dapat dipetik selama perjalanan hari ini, terutama untuk anak-anak kita. Malam mulai larut, kami langsung kembali ke hotel dan beristirahat untuk mengumpulkan tenaga agar dapat melanjutkan petualangan di esok harinya.*)By: Yunie Sudiro.


Jumat, 06 November 2015

Dieng dan Panti Asuhan


Pada tanggal 27 November 2015 ada acara ke Dieng bersama dengan para sahabat di Semarang. Langsung saja saya mulai eksekusi tiket pesawat ke Semarang. Kebetulan ada poin sebuah maskapai pelat merah untuk bisa ditukar tiket gratis, meski harus bayar pajak sendiri. Tapi lumayanlah tetap sangat hemat daripada bayar sendiri semua. Tiket berangkat oke, tapi baliknya untuk kuota tukar poin habis. Mungkin kalo jauh-jauh hari saya masih dapat tempat. Demi untuk " me time" saya rela merogoh kocek untuk beli tiket balik. Dan semuanya sudah siap, tinggal menunggu hari keberangkatan, yaitu sehari sebelum ke Dieng (tanggal 26).

Pagi itu lumayan lengang, masih ada cukup waktu untuk bercengkrama di kedai kopi bandara. Di bandara Juanda, keberangkatan untuk pesawat gar*** Indonesia di terminal T2 (biasanya untuk penumpang internasional). Karena ke Semarang memakai pesawat kecil, setelah check in kita masih bisa keluar lagi saat menuju gate keberangkatan (boarding). Saat itulah saya bisa ketemu suami lagi dan ngopi bareng di dekat pintu boarding.





Gambar 1: Ngopi



Malam sebelum keberangkatan ke Dieng koordinator mengingatkan bahwa jam 06,00 harus sudah kumpul di tempat yang disepakati dan memakai dress code: pakaian muslimah dengan atasan putih dan bawahan jean. Tapi para peserta memohon agar jam keberangkatan mundur setidaknya 06.30 karena harus mengantar anak ke sekolah. Akhirnya bus rombongan berangkat sekitar jam 07.00. Otomatis jam berangkat lebih telat dari jadwal semula. Apapun itu semua anggota rombongan bersuka ria dan sibuk berfoto selama perjalanan meski harus bersusah payah menahan goncangan bus.. *dasar emak-emak narsis, termasuk saya..

Setelah beberapa jam kita sampailah di tujuan pertama yaitu komplek Candi Dieng. Kami tiba di sana saat tengah hari. Makanya meskipun di perbukitan tetap saja terasa panas. Kita bisa menikmati pemandangan pegunungan, kesegaran udara dan megahnya candi sebagai karya bangunan bersejarah. Oh ya, untuk masuk area ini dikenakan retribusi per orang. Dan jangan lupa menyimpan karcisnya karena pengalaman kami saat keluar diminta menunjukkan tiket lagi.





Gambar 2: Candi di Dieng



Perjalanan selanjutnya seharusnya ke telaga warna dan Dieng Theater. Berhubung waktu yang semakin molor dari jadwal sebelumnya maka kita tiadakan dua destinasi tersebut. Perlu diketahui rombongan juga mengagendakan berkunjung ke panti asuhan di Temanggung jam 13.00. Padahal sekitar jam 13.00 masih di area candi. Untuk itu perjalanan dipersingkat supaya tetap bisa berkunjung ke panti asuhan saat perjalanan pulang ke Semarang. Selanjutnya kami melanjutkan ke Sikadang, yaitu kawah yang ada semburan lumpur dan berasap putih pekat. Kawasan ini berbau belerang yang sangat menyengat. Di tempat wisata ini banyak pedagang asongan yang menawarkan masker. Selain itu ada semacam pasar yang menjual hasil bumi dan makanan khas daerah sebagai oleh-oleh. Kebanyakan dari rombongan kami tak mau beli masker, karena jelas-jelas merusak penampilan saat berfoto. Alhasil setelah beberapa lama pangkal hidung saya terasa sakit dan tahu-tahu pilek. Selain itu kita juga menahan bahu belerang yang sangat menusuk hidung. Tapi tak perlu khawatir setelah keluar dari area sikadang gejala yang saya sebutkan hilang dengan sendirinya. Mungkin karena tubuh saya tidak biasa di lingkungan yang berbelerang.





Gambar 3: Pintu Masuk Sikadang





Gambar 4: Area Berkawah


Sebelum meninggalkan Wonosobo kami mampir ke tempat oleh-oleh. Oleh-oleh yang paling terkenal dari wilayah ini adalah rica-rica. Oleh-oleh ini berbentuk semacam manisan lengkap dengan sirupnya. Biasanya dikemas dalam botol kaca ato kemasan plastik seperti kemasan air minum. Manisan ini terbuat dari buah yang mirip pepaya kecil yang tumbuh di wilayah Dieng. Selain itu masih banyak jenis makanan khas Dieng yang bisa dibeli sebagai buah tangan.

Selesai sudah acara wisata,selanjutnya kami akan bekunjung ke sebuah panti asuhan di Temanggung. Kabupaten Temanggung adalah wilayah yang kita lewati menuju Semarang. Sehingga tidaklah rumit untuk mencapai tempat tersebut. Apa yang kami berikan mungkin saja tidak seberapa. Kami ke sana dengan niat baik, memberikan dukungan dan semoga bisa sedikit membantu. Setelahnya, kami langsung melanjutkan perjalanan pulang menuju Semarang. Bus sudah tidak segaduh tadi pagi. Sebagian besar tidur terlelap dalam mimpi masing-masing. 


Kadang kita harus menyempatkan diri untuk melakukan perjalanan bersama para sahabat untuk bersosialisasi dan me-refresh diri. Untuk merealisasikan, kita dapat memanfaatkan promo atau penukaran poin agar mendapatkan penghematan. Dalam setiap perjalanan pasti kita akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru termasuk mengenai makanan. Dan meskipun kita selalu mengutamakan penghematan, seharusnya tidak lupa akan perlunya bersedekah.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 19 Oktober 2015

Lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya


Hampir lima tahun rute saya setiap hari melewati  jalan Brawijaya. Saya sebenarnya mengetahui bahwa dibalik jalan tersebut terdapat lapangan yang sangat luas. Hanya saja lapangan ini tak tampak dari jalan yang saya lewati karena tertutup tempat driving dan gedung olah raga lainnya. Terus terang saja, awalnya memang saya tak begitu peduli tentang keberadaannya. Sampai pada suatu hari saya harus ke sana untuk menemani anak saya melihat pameran HUT TNI AD (Hari Ulang Tahun - Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) . Dia suka melihat pameran perlengkapan perang. Di hari itu pengunjung juga diberi kesempatan memegang senjata dan naik tank. Selain itu juga ada atraksi terjun payung dan barisan tentara. Yang lebih membuat lebih meriah lagi adalah disediakannya makanan rombong gratis yang jumlahnya mungkin sekitar seratus. Rombong makanan terdiri dari macam-macam jenis, ada soto, bakso, dan lain-lain yang biasa dijajakan di wilayah Surabaya.




Gambar 1: Memegang Senjata




Gambar 2: Naik Tank                                                                           



Gambar 3: Terjun Payung




Gambar 4: Barisan Tentara



Gambar 5: Makanan Gratis




Kebetulan setelah momen itu saya ditanya oleh seorang teman: "apakah anak pertama sudah berangkat sekolah sendiri?" Saya bilang belum karena belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan juga belum bisa berkendara motor ataupun mobil. Lalu teman saya menanyakan: "kenapa tidak belajar?" Saya bilang pernah belajar motor di komplek perumahan tapi belum lancar karena banyak halangan. Dan saya ngeri kalau sampai menabrak mobil tetangga yang parkir di tepi jalan. Lalu teman saya menyarankan untuk belajar di lapangan Kodam. Katanya anaknya juga belajar setir mobil di sana dan sekarang sudah lancar. Akhirnya saya bawa ke dua anak saya untuk belajar berkendara motor dan mobil ke sana.

Perlu diketahui tempat ini jika malam hari juga selalu ramai karena ada pasar malam. Setahu saya di sana banyak pedagang kaki lima, kereta kelinci dan persewaan mobil-mobilan. Pada hari Senin sampai Sabtu biasanya siang hari sepi dari aktivitas pedagang, lapangan tampak sangat luas. Saat inilah banyak masyarakat untuk belajar berkendara sepeda, motor dan mobil. Ada juga yang berolah raga lari mengelilingi lapangan. Lain halnya hari Minggu pagi, pada pagi hari lapangan ini aktivitasnya seperti malam hari dihari biasa, ramai kaki lima dan berfungsi menjadi tempat rekreasi. Selain itu, lapangan ini sering dipakai acara konser musik. Jadi sedapat mungkin saat ada event menghidari jalan sekitarnya karena pasti padat bahkan macet.


Di tempat ini juga ada tempat-tempat yang biasa dipakai pengunjung berfoto. Salah satunya monumen berbentuk meriam. Intinya lapangan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para TNI tapi juga banyak dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Membawa anak-anak ke sana adalah salah satu cara untuk menambah wawasan dan juga menjadi sarana rekreasi tanpa harus menguras isi kantong.*) By: Yunie Sudiro.

Senin, 07 September 2015

Menu Masakan Dari Durian


Dulu saat saya masih anak-anak terasa mual jika mencium aroma buah durian. Jangankan untuk mencicipi, tercium samar-samar saja saya langsung menjauh. Jadi saat itu saya tak tahu persis bagaimana rasa buah yang beraroma menyengat tersebut. Tidak tahu kenapa pada awal kuliah teman-teman membeli buah durian dan ternyata saya tak terganggu sama aromanya dan bahkan mulai menyukainya. Akhirnya saya mencoba mencicipi buah yang susah di buka ini. Dan...saya langsung jatuh cinta.

Mulai saat itu saya sering membelinya terutama saat musimnya. Apalagi saya pernah tinggal di Semarang. Di sana saya bisa langsung ke tempat agrowisata durian. Seingat saya pada musim ini juga disertai musim rambutan. Jadi selama perjalanan menuju tempat agrowisata kami dapat menjumpai pohon-pohon rambutan yang berbuah merah. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya yang sebelumnya tinggal di daerah yang rambutan tak tumbuh. Selama perjalanan kami juga sering menjumpai penjual durian, rambutan dan petai. Tapi saya tak tahu persis apakah petai sedang musim atau selalu ada tiap saat. Pada tahun 2010 saya sempat menggambil gambar buah durian di pohonnya di sebuah agrowisata yang saya kunjungi.





Gambar 1: Pohon Buah Durian 

Mulanya saya hanya suka makan buah ini tanpa diolah. Sampai suatu saat suami dinas ke Medan membawakan oleh-oleh pancake. Dan lagi-lagi saya langsung amat suka. Hal ini terbawa sampai saat saya pindah lagi ke kota Surabaya. Untunglah ada teman yang memberikan referensi karena pada awal kepindahan saya suasana kota sudah berbeda dari 5 (lima) tahun sebelumnya, yaitu sebelum saya meninggalkannya. Waktu itu yang direferensikan adalah pancake yang dijual di sepanjang jalan Taman Apsari. Kemasannya per biji dan beku.

Lidah saya belum berubah. Seringkali menginginkan  untuk mengecap buah durian. Hingga suatu sore tak sengaja saya menonton tayangan televisi tentang sebuah resto yang semua menunya berbahan dasar durian. Pastinya saya tak ingin melewatkan tayangan tadi karena saya ingin sekali mencobanya. Akhirnya saya mendapatkan alamatnya, yang kebetulan di kota Surabaya.

Pada suatu Minggu saya berkesempatan mampir ke resto tersebut. Saat kami datang langsung disodori buku menu kemudian langsung bisa pesan di kasir dan melakukan pembayaran. Makanan akan datang setelah kami melakukan traksaksi. Jadi jika kami ingin menambah pesanan harus melakukan proses yang sama, padahal kadang harus mengantre lagi di kasir. Makanya jika mau menambah makanan atau minuman, lakukan transaksi sebelum makanan atau minumannya benar-benar habis. Siapa tahu di lain tempat kita menemukan sistem pemesanan yang sama, trik tersebut dapat diandalkan. Selain itu, ada aroma durian di saat-saat tertentu, sepertinya pada saat ada yang membuka  tempat penyimpanan durian. Kebetulan waktu itu saya duduk di dalam. Saya tak tahu apakah aroma tadi terasa sampai tempat duduk luar apa tidak. Buat saya sih..suka-suka saja sama aroma durian.






Gambar 2: Varian Minuman Dengan Bahan Durian





Gambar 3: Sambal Durian





Gambar 4: Pancake Durian




Singkat cerita, kami memesan otot goreng, otot goreng tepung, cumi hitam, semua disajikan dengan sambal durian. Untuk sambal tidak ada yang tanpa durian. Meskipun begitu, tidak tampak ada durian diuleg. Rasanya juga tetap seperti sambal. Kami juga memesan beberapa minuman dari durian dan pancake. Khusus pancake kami suka yang original (seperti yang biasa kami beli di Taman Apsari). Semuanya kami suka dan kepingin balik lagi. Dasar penyuka durian..


Urusan dapur dalam sebuah rumah tangga merupakan hal yang vital. Bayangkan saja apa yang akan terjadi tanpa adanya makanan dalam sebuah rumah. Referensi tentang makanan sangat dicari para pengemban tugas ini. Masakan dari bahan durian dapat dijadikan alternatif pilihan menu untuk keluarga.*) By: Yunie Sudiro.

Rabu, 19 Agustus 2015

Padasan



Mengawali aktivitas menulis sering saya lakukan setelah sejenak "googling" mencari tau topik yang serupa. Sekedar ingin tau apa yang pernah dialami dan dibahas oleh individu lain. Saya tak menyangka kata padasan ternyata masuk dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI) yang artinya tempayan yang diberi lubang pancuran (tempat air wudhu). Setau saya kata padasan hanya dikenal oleh orang-orang yang hidup di masa kecil saya dan tinggalnya tidak di kota besar di Jawa Timur atau Jawa Tengah. Dan ternyata arti dalam kamus tadi persis seperti yang saya maksud. Akan tetapi apakah saat ini kebanyakan orang masih mengenal istilah ini?

Bangunan rumah saya mulai berumur 10 tahun. Beberapa bagian rumah sudah mulai butuh perhatian. Yang paling urgent adalah suara ngacir air yang tidak mau berhenti. Siapa sih yang mau tagiham PDAM membengkak sia-sia? Maka dengan percaya diri saya meminta tolong suami melepas shower yang menjadi sumber masalah tadi. Percaya diri bahwa tanpa harus ahlinya bisa melepasnya. Dengan perkasa suami memutar pangkal kran, dan...klek...lepaslah shower. Seharusnya kita senang bisa melepaskan, tapi ini malah kita merasa sedih karena ternyata lepasnya tidak tuntas, melainkan putus. Jadinya ada sebagian sisa pangkal shower yang tertinggal dalam saluran pipa. Kalau ini, mau tak mau harus diserahkan pada ahlinya alias tukang. Hanya saja tak mungkin saat itu juga kita mendapatkan tukang.
Awalnya bingung juga, PDAM dimatikan kita tidak bisa aktivitas, tidak dimatikan bekas shower airnya ngocor dan mengurangi tekanan air pada kran lainnya. Untungnya saya teringat masa kecil dimana lubang padasan ditutup kayu jika tak digunakan. Langsung saja kami mencoba mengaplikasikannya. Ternyata dengan rautan kayu saja tak cukup, supaya lebih rapat ujung kayu dililit plastik. Kalau yang bagian plastik ini terus terang saya lupa, yang ingat sang mantan pacar. Cara ini ampuh dalam mengatasi masalah kami yang keliatan remeh tapi berdampak cukup merepotkan.

Keesokan harinya saya mendapatkan tukang untuk memperbaiki kran. Karena sudah manggil tukang saya bermaksud melakukan pergantian dan perbaikan bagian lainnya, yaitu kran selain yang tadi, otomatis pompa air, nat keramik kamar mandi dan kebocoran pipa air sebelum meteran PDAM. Setelah pak tukang survey dan menyiapkan pekerjaannya, berpamitan sama saya untuk beli bahan. Sebelum berpamitan sempat memberitahukan jika kesorean dikerjakan besok pagi saja. Wah... kalau ini benar-benar terjadi, saya lebih repot lagi. Gimana tidak, lubang pipa sekarang malah nambah lagi. Makanya pak tukang saya wanti-wanti harus balik hari itu juga. Ehh...setelah ditunggu-tunggu gak datang, sampai gak bisa mandi. Baru setelah dicek kasih kabarnya ke suami dan sepakat pak tukang balik esok hari dimana yang diajak berunding gak tau kondisi rumah yang sudah ada 2 lubang pipa air yang siap membanjiri rumah jika PDAM dinyalakan. Lagi-lagi solusi kuno tadi kita aplikasikan sebagai penyelamat.

Di era sekarang, yang lebih modern dari saat masa kecil saya, banyak hal yang lebih dimudahkan. Pada saat ini kita sangat terbantu dengan kemajuan teknologi yang ada. Pekerjaan kita menjadi lebih mudah diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Hanya saja semua itu di saat tertentu bisa saja tak berjalan sebagai mana mestinya. Contoh: mesin cuci dan rice cooker tak bisa digunakan saat listrik mati. Jadi kita perlu memperkenalkan atau mewarisi cara-cara tradisional kepada anak-anak kita agar bisa survive apapun kondisi lingkungannya.*) by: Yunie Sudiro